Iwet Ramadhan ingin masyarakat paham batik

2 Oktober 2015 14:32 WIB
Iwet Ramadhan ingin masyarakat paham batik
Pemerhati batik, Iwet Ramadhan, memperlihatkan koleksi batiknya dengan motif Galung Manten saat diskusi The Fabulous Batik Of Java, di Galeri Indonesia Raya, Jakarta, Kamis, (13/2). Diskusi membahas beragam-macam motif batik mulai dari rekam jejak tempo dulu hingga dunia mode. (ANTARA FOTO/Teresia May)

... yang dibilang almarhum Iwan Tirta, ada doa dan harapan yang disampaikan pada kain itu...

Jakarta (ANTARA News) - Iwet Ramadhan, yang kini dikenal sebagai perancang batik, melihat Hari Batik Nasional tahun ini menjadi momentum penting agar masyarakat memahami batik.

"Seakrang bukan waktunya kita mengenalkan batik lagi tapi pemahaman. Mulai dari cara membuat, arti motifnya, filosofinya, paham juga batik harus dipakai ke mana," kata Iwet.

Pemilik lini busana batik Tik Prive ini ingin masyarakat mengenal filosofi dan arti motif batik sehingga bila memiliki kain batik, mereka tahu kapan harus menggunakannya.

Misalnya, batik motif parang yang seharusnya hanya untuk raja, kini banyak dipakai untuk pengantin.

Menurut dia, filosofi motif parang, yang menyimbolkan kepemimpinan, kurang pas digunakan oleh pengantin meski mereka menjadi raja dan ratu sehari.

Pasangan pengatin bisa memakai kain motif sidomukti atau sidomulyo, yang bermakna kemuliaan hidup, saat hari besar mereka.

"Seperti yang dibilang almarhum Iwan Tirta, ada doa dan harapan yang disampaikan pada kain itu," kata Iwet.

Pemahaman bagi Iwet adalah dasar segalanya. "Kita jadi tahu apa yang kita perjuangkan dan lebih menghargai sesuatu."

Bukan berarti ia tidak menyukai ada usaha untuk mengembangkan atau memodifikasi motif batik asalkan tidak merusak filosofi yang terkandung pada setiap titik dan garis.

Iwet menggunakan media sosial untuk menyebarluaskan motif batik selain juga mengadakan kelas membatik melalui bisnis busananya.

"Senang sekali di instagram sudah banyak yang foto lagi membatik. Kenalannya sudah, sekarang pahami."

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015