Tetapi, cara makan makhluk besar agar mendapatkan cukup makanan belum diketahui hingga kini.
"Kami menemukan bahwa paus biru memiliki strategi rumit dari menjaga oksigen saat kualitas mangsa rendah lalu mengeluarkan banyak oksigen saat banyak mangsa," lata Elliott Hazen, peneliti lingkungan dari National Oceanic and Atmospheric Administration Fisheries' Southwest Fisheries Science Center dan University of California Santa Cruz, seperti yang dikutip dari Reuters.
Peneliti memasang pelacak pada lebih dari 50 ekor paus biru di lepas pantai California untuk melihat pergerakan mereka dan mangsanya, yakni krill, sejenis krustasea kecil berbentuk seperti udang.
Berdasarkan penelitian mereka, paus biru tidak makan sembarangan seperti yang selama ini dikira. Mereka banyak makan saat terdapat banyak krill namun tidak saat jumlah krill sedikit demi menyimpan cadangan oksigen untuk menyelam.
Paus biru menyaring krill dari air laut dengan lempeng balin di mulut mereka. Lempeng tersebut terbuat dari keratin, yang juga ditemukan di kuku manusia.
Ketika makan, paus bergerak cepat dan membuka mulut, memasukkan mangsa sarat air hingga 130 persen dari bobotnya.
Tenggorokannya menggembung karena air. Ia lalu menggunakan otot di tenggorokan dan lidah untuk mengeluarkan air dari mulut dengan lempeng balin yang bertugas menyaring krill.
Paus biru makan sekitar empat ton krill setiap hari.
"Paus jauh lebih aktif menilai lingkungan mereka dan memanfaatkan mangsa dengan cara yang sebelumnya belum diketahui untung memperbesar perolehan energi," kata ahli lingkungan dari Marine Mammal Institute Oregon State University Ari Friedlaender.
Paus baru termasuk hewam terancam punah karena perburuan pada abad 20 yang membuat mereka nyaris punah.
Kini terdapat sekitar 10.000 paus biru di seluruh dunia, panjangnya mencapai 30 meter dan bobot 180 ton.
"Paus biru menghadapi risiko berbahaya di samudera, mulai dari serangan kapal hingga kebisingan manusia. Untuk hewan yang berada di ujung tanduk ini, sangat penting untuk menyediakan banyak mangsa dan tentunya bereproduksi," kata Hazen.
Penerjemah:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015