Temuan dalam jurnal yang terbit pada Senin (5/10) itu merupakan pengingat mengenai ketahanan satwa liar dan mungkin juga menyimpan pelajaran penting untuk memahami potensi dampak jangka-panjang dari bencana belum lama ini di Fukushima, Jepang.
"Sangat mungkin bahwa jumlah margasatwa di Chernobyl jauh lebih banyak ketimbang jumlahnya sebelum kecelakaan itu," kata penulis studi tersebut, Jim Smith dari University of Portsmouth di Inggris dalam satu pernyataan.
"Ini tidak berarti radiasi bagus buat margasatwa, hanya saja dampak kediaman manusia, termasuk perburuan, pertanian, dan kehutanan, jauh lebih buruk," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua.
Pada 1986, setelah kebakaran dan ledakan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl mengeluarkan partikel radioaktif ke udara, ribuan orang meninggalkan daerah itu, tak pernah kembali.
Studi-studi awal di Zona Larangan Chernobyl yang luasnya 4.200 kilometer persegi menunjukkan dampak besar radiasi dan menyatakan adanya penurunan populasi margasatwa.
Sekarang, relatif banyaknya rusa besar, rusa merah, dan babi hutan di zona larangan sama dengan jumlah hewan itu di empat suaka alam yang tidak tercemar di wilayah tersebut menurut para peneliti.
Jumlah serigala yang hidup di dalam dan sekitar Chernobyl lebih dari tujuh kali lebih banyak dibandingkan dengan yang bisa ditemukan di suaka-suaka alam tersebut.
Data survei helikopter juga mengungkapkan kecenderungan peningkatan populasi rusa besar, rusa roe, dan babi hutan mulai dari satu sampai 10 tahun setelah kecelakaan itu.
Penurunan populasi babi hutan pada satu titik menurut hasil pelacakan terjadi karena wabah penyakit yang tidak berkaitan dengan pemaparan radiasi.
"Hasil ini menunjukkan untuk pertama kali bahwa, terlepas dari dampak potensi radiasi pada masing-masing hewan, Zona Larangan Chernobyl mendukung banyaknya populasi mamalia setelah hampir tiga dasawarsa paparan radiasi kronis," demikian kesimpulan para peneliti.
Mereka menyatakan peningkatan populasi terjadi saat populasi rusa besar dan babi hutan berkurang di bagian lain bekas Uni Sovyet.
"Data unik ini menunjukkan cakupan lebar hewan yang berjuang hidup dalam radius bermil-mil dari lokasi kecelakaan besar nuklir memperlihatkan ketahanan ketika bebas dari tekanan permukiman manusia," tambah Jim Beasley, salah satu penulis studi di University of Georgia.(Uu.C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015