• Beranda
  • Berita
  • Karya Jules Verne, buku yang pertama dibaca Habibie

Karya Jules Verne, buku yang pertama dibaca Habibie

12 Oktober 2015 19:22 WIB
Karya Jules Verne, buku yang pertama dibaca Habibie
BJ Habibie bersama penulis biografi Gina S Noer di sela-sela acara peluncuran buku biografi-nya "Rudy, Kisah Masa Muda Sang Visioner" yang digelar di Perpustakaan Habibie Ainun di kediamannya, Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, Senin. (Ida Nurcahyani)

Buku-buku adalah istana saya, karena saya jarang bicara saya jadi gagap kalau ngomong sama orang

Jakarta (ANTARA News) - Buku pertama yang dibaca BJ Habibie adalah buku hadiah dari ayahnya berjudul "Mengelilingi Dunia Dalam 80 Hari" karya penulis Prancis Jules Verne.

"Sejak kecil saya selalu banyak bertanya, lalu suatu hari ayah saya membelikan saya sebuah buku karja Jules Verne dalam Bahasa Belanda," kata BJ Habibie pada peluncuran biografi-nya "Rudy, Kisah Masa Muda Sang Visioner" yang digelar di Perpustakaan Habibie Ainun di kediamannya, Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, Senin.

"Saya dibelikan buku karena saya sering merasa rewel kalau tidak mendapat jawaban sesuai kehendak saya. Saat kecil saya susah berbahasa Bugis, Jawa, Melayu, saya lebih lancar bahasa Belanda karena sekolah di HBS," sambung Habibie.

Habibie mengisahkan, sejak kecil dia sudah suka membaca yang ketika teman-temannya asik menghabiskan waktu bermain, dia malah lebih suka membaca.

Kebiasaannya yang hanya tidur empat jam sehari, membuat waktunya habis menekuri buku-buku, termasuk karya Jules Verne.

"Buku-buku adalah istana saya, karena saya jarang bicara saya jadi gagap kalau ngomong sama orang," aku Habibie.

"Saya bertanya pada ayah, bagaimana mungkin mereka bisa mengelilingi dunia dalam 80 hari? Ayah saya menjawab pakai balon, saat itu balon adalah barang yang langka di Indonesia."

"Saya kemudian bertanya-tanya, balon itu seperti apa. Ayah menjelaskan, balon itu bulat lalu ada tekanan udaranya dan segala macam. Saya pun cerita pada kawan-kawan saya di sekolah," kata Habibie.

Habibie melanjutkan, kawan-kawannya pun mendatanginya dengan sebuah karet yang sudah ditiupnya. Mereka protes mengapa balon yang mereka tiup tidak bulat tapi lonjong.

"Di mana kalian dapat itu? Saya tanya pada mereka, di pelabuhan katanya. Saya pun ke sana dan ikut mengambil, lalu saya tiup dan protes juga pada ayah kenapa balon lonjong tidak bulat seperti yang beliau katakan," kenang Habibie.

Ayah Habibie pun marah saat melihat puteranya mendatanginya.

"Ternyata yang saya tiup adalah kondom bekas. Ibu saya lalu dipannggil dan disuruh mencuci bersih mulut saya. Saya beruntung, andaikata itu ada penyakitnya, saya tidak akan ada di sini sekarang," kata Habibie diiringi tawa lepas.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015