"Kondisi ini sama dengan hari sebelumnya kabut asap berasal dari kiriman provinsi tetangga yang ditiup angin ke Sumbar," kata Analisis Cuaca BMKG Ketaping, Neli Elvira saat dikonfirmasi di Padang, Selasa.
Menurut dia selama sumber api belum padam, maka asap akan terus ada apalagi saat ini angin berembus dari selatan ke tenggara.
Sementara pada hari ini BMKG memperkirakan terdapat peluang hujan dengan intensitas ringan dan sedang terutama pada daerah pesisir barat Sumbar pada sore dan malam hari.
Salah seorang warga Padang Fathul mengatakan kabut asap yang terjadi semakin pekat dibandingkan sebelumnya sehingga ia memilih memakai masker saat berkendara.
Ia berharap pemerintah segera menanganinya agar kabut asap tidak terus terjadi karena mengganggu aktivitas warga.
Sebelumnya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) meminta negara harus menyelamatkan warga dari kabut asap yang sudah terjadi dalam 18 tahun terakhir dengan tidak membiarkan pembakaran lahan terus terjadi.
"Sudah sekian lama masyarakat menderita akibat kabut asap, mengapa pemerintah baru bereaksi kalau negara tetangga sudah berteriak," kata Kepala Departemen Advokasi Walhi Nur Hidayati.
Upaya pencegahan salah satunya penegakan hukum, karena selama 18 tahun terakhir sudah diketahui siapa aktor dari pembakaran.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan operasi darurat kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan terus dilakukan baik darat maupun udara.
"Upaya terus dilakukan namun karena luasnya wilayah yang terbakar menyebabkan pemadaman mengalami kendala karena angin kencang dan api masih besar," kata dia.
Menurutnya saat titik api di Sumatera dan Kalimantan belum dipadamkan pada 19 Oktober 2015 terdeteksi ada 801 titik api di Indonesia bagian tengah meliputi Sulawesi dan Gorontalo serta 224 titik di Indonesia bagian timur meliputi Papua, Maluku dan Nusa Tenggara.
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015