"Luas lahan gambut di Kabupaten Kotawaringin Timur 361.835 hektare. Dari jumlah tersebut, lahan yang terbakar 3.532 hektare dan berhasil kami padamkan sekitar 1.300 hektare atau 47 persen," kata Komandan Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan Kotawaringin Timur yang juga Komandan Kodim 1015 Sampit, Letkol Kav Enda M Harahap, di Sampit, Selasa.
Pemadaman hanya bisa dilakukan di titik yang bisa dijangkau tim gabungan melalui jalur darat. Saat ini kebakaran lahan banyak berada di lokasi yang sangat jauh sehingga sulit dijangkau melalui jalur darat.
Upaya pemadaman melalui jalur udara juga masih terkendala. Asap pekat membuat jarak pandang sangat terbatas sehingga pesawat dan helikopter yang membawa bom air tidak bisa mencapai titik api.
"Wilayah itu sulit dijangkau melalui jalur darat. Kami sudah berkoordinasi Danlanud untuk meminta water bombing, tapi jarak pandang rendah hanya 300 meter sehingga pesawat dan helikopter itu tetap di Pangkalan Bun. Titik api terbesar di kawasan Selatan, yaitu Kecamatan Teluk Sampit dan Pulau Hanaut," jelas Enda.
Kendala lain yang dihadapi yaitu mulai rusaknya peralatan pemadam kebakaran, khususnya slang air karena sudah dipakai berbulan-bulan di lokasi kebakaran. Meski begitu, tim terus berusaha memadamkan api yang bisa dijangkau via jalur darat, meskipun harus berjalan kaki berkilo-kilometer.
Enda menjelaskan, geografis tanah gambut di Kotawaringin Timur bergelombang dengan kedalaman gambut antara dua hingga 20 meter. Saat di titik tertentu api ada yang sudah membakar hingga di kedalaman 10 meter sehingga sangat sulit dipadamkan, apalagi lokasinya sulit dijangkau.
"Saat ini api sudah masuk di kedalaman 10 meter. Kalau disiram pakai water booming pun sulit. Selain tetap berupaya di lapangan, kami mengajak masyarakat menggelar shalat istisqa atau berdoa sesuai agama masing-masing agar Tuhan menurunkan hujan," kata Enda.
Sementara itu, hujan deras mengguyur sejumlah wilayah di Kotawaringin Timur, khususnya Sampit pada Senin malam dan Selasa dini hari. Dampaknya, udara Sampit pada pagi hari terasa segar tanpa asap, namun mulai siang asap terlihat kembali pekat sehingga mengganggu aktivitas masyarakat.
Pewarta: Norjani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015