"Tiap bulan kami harus membayar Rp13 miliar tetapi kenyataannya kami baru mampu bayar Rp10 miliar," kata Direktur Utama PT Jasamarga Bali Tol Akhmad Tito Karim di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, pembayaran utang yang masih kurang itu saat ini ditalangi pemegang saham dari Pemerintah Provinsi Bali dan Pemkab Badung yang menguasai 30 persen saham.
"Artinya masyarakat Bali juga sekarang ikut nombok," imbuhnya.
Pembangunan jalan bebas hambatan pertama di Indonesia yang dibangun di atas perairan itu menelan biaya Rp2,5 triliun yang bersumber dari 30 persen saham Pemprov Bali dan Pemkab Badung serta 70 persen pinjaman Bank Mandiri, BNI, BCA, BRI, BTN dan BPD Bali sebesar Rp1,7 triliun.
Dari total pinjaman dari pihak perbankan itu, setidaknya Jasamarga Bali Tol harus membayar utang per bulan sekitar Rp13 miliar.
Tito Karim lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam rencana bisnis 2015, pihaknya merencanakan 51 ribu kendaraan setiap hari melalui tol sepanjang sekitar 12,5 kilometer itu.
Namun selama 2015 rata-rata kendaraan yang melalui tol pertama di atas laut yang dibangun anak negeri itu baru 43 ribu.
"Masih jauh dari perkiraan, masih susah ini dan merugi," kata Akhmad Tito.
Pewarta: Dewa wiguna
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015