• Beranda
  • Berita
  • Mensos tinjau 40 rumah pembinaan "gepeng" Yogyakarta

Mensos tinjau 40 rumah pembinaan "gepeng" Yogyakarta

1 November 2015 16:26 WIB
Mensos tinjau 40 rumah pembinaan "gepeng" Yogyakarta
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kiri) bersama seorang ibu dan anaknya mengamati bangunan rumah baru untuk pembinaan gelandangan dan pengemis (gepeng) di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta, Minggu (1/11). (ANTARA FOTO/Trisnadi)

Rumah ini diharapkan bisa membuat bapak dan ibu kerasan. Yang saya pikirkan adalah bagaimana putra dan putri bapak dan ibu bisa sekolah dengan baik, supaya nanti membawa kemuliaan...

Gunung Kidul, Yogyakarta (ANTARA News) - Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa meninjau 40 rumah yang disiapkan untuk pembinaan bagi gelandangan dan pengemis (gepeng) dari program Desaku Menanti di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Banyak yang berharap punya rumah di dataran tinggi dengan pemandangan bagus, tidak mudah dan tidak murah, tapi Ngarso Dalem (Sri Sultan) menyiapkan lokasi luar biasa indah, itu perlu disyukuri. Nah Kementerian Sosial yang menyiapkan rumahnya," kata Khofifah di hadapan 40 kepala keluarga gelandangan dan pengemis yang mengikuti program Desaku Menanti di Gunung Kidul, Yogyakarta, Minggu.

Ia mengatakan, Kementerian Sosial menyiapkan rumah tipe 45 dengan dua kamar tidur, kamar mandi dalam, dan ruang tamu dengan kualitas lebih baik dibanding rumah pembinaan yang sebelumnya dibangun di daerah lain.

"Artinya rumah ini diharapkan bisa membuat bapak dan ibu kerasan. Yang saya pikirkan adalah bagaimana putra dan putri bapak dan ibu bisa sekolah dengan baik, supaya nanti membawa kemuliaan untuk panjenengan," ujar dia.

Karena itu, lanjutnya, selain tersedia rumah pembinaan yang baik harus ada pula program jaminan produktif yang sesuai dengan minat dan bakat 40 KK yang akan bermukim di lokasi ini.

"Contohnya bisa ternak lele, ayam, atau bebek. Harus disiapkan dengan benar, masih ada lahan tiga hektare di bawah, harus bisa menjadi sentra ekonomi keluarga yang menjalani rehabilitasi sosial ini," ujar dia.

Direktur Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Kementerian Sosial (Kemsos) Sony W Manalu mengatakan program rehabilitasi gelandangan dan pengemis yang dijalankan dengan program Desaku Menanti ini melibatkan empat komponen yakni Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Lembaga Kesejateraan Sosial, dan warga binaan.

"Kemsos menyediakan sosialisasi, verifikasi data, bimbingan sosial keterampilan, bantuan bahan bangunan rumah, jaminan hidup, jamin produktif dan sarana kebutuhan pokok rumah tangga," ujar dia.

Pembangunan 40 rumah pembinaan gepeng di Yogyakarta ini, menurut dia, merupakan proyek ke-2 karena sebelumnya sudah dibangun 50 rumah di Desa Kesetiakawanan Sosial, di Pasuruan, Jawa Timur.

Ia mengatakan sudah ada sekitar enam provinsi yang berniat melakukan studi banding ke Desaku Menanti di Desa Nglanggeran, Gunung Kidul, di 2016, karena sistemnya dianggap lebih baik.

Kepala Dinas Sosial DIY Untung Sukaryadi mengatakan 40 rumah yang dibangun ini belum dapat ditempati karena belum teraliri listrik, air, serta belum rampung pengesahan tata ruangnya.

Sejauh ini, ia mengatakan, Pemprov DIY telah mengeluarkan dana sekitar Rp1,5 miliar untuk pembukaan dan pembelian lahan. Masih ada sisa tiga hektare (ha) dari lima ha lahan komunal yang bisa dimanfaatkan untuk peternakan dan perkebunan.

Program Desaku Menanti masuk bentuk pembinaan gepeng, yang merupakan tindak lanjut dari Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis. Pembangunan 40 rumah ini untuk mewujudkan relokasi perumahan bagi warga binaan sosial.

Data yang dimiliki Dinas Sosial DIY, ada sekitar 400 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang kebanyakan berasal dari luar daerah Yogyakarta.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015