"Konsorsium itu menghadirkan tiga universitas besar di Austria, yakni University of Vienna (UV), Vienna University of Technology (TUV), dan University Innsbruck Austria," kata panitia penyelenggara konsorsium, Prof Dr Ir Gamantyo Hendrantoro PhD, di sela konsorsium di Kampus ITS Surabaya, Senin.
ASEA-UNINET terbentuk pada tahun 1994 dengan 50 anggota dan ITS merupakan salah satu pendiri ASEA-UNINET bersama tiga universitas yang juga akan dikunjungi oleh Austria yaitu UI, ITB, dan UGM.
ASEA-UNINET yang bergerak di bidang akademik dan memiliki anggota di Asia dan Eropa tercatat delapan diantaranya merupakan universitas di Indonesia yakni ITS, UI, UGM, ITB, Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Udayana (Unud), Universitas Sumatera Utara (USU), dan Universitas Airlangga (Unair).
"Di Indonesia, Austria melakukan empat kunjungan di Indonesia, salah satunya di ITS. Tiga universitas lain yang juga dikunjungi yaitu UI, ITB, dan UGM," katanya, didampingi koordinator ASEA-UNINET, Prof Dipl Ing Dr techn A Min Tjoa.
Konsorsium ini mendatangkan empat profesor dari Austria dan empat panelis dari ITS. Keempatnya merupakan ahli di bidang Arsitektur Tradisional, Smart City, Kimia Teoritis, dan Informatika.
Untuk ahli dari ITS adalah Prof Johan Silas dalam bidang Smart City, Ir Muhammad Faqih MSA PhD di bidang Asitektur Tradisional, Dr Nurul Widyastuti dalam bidang Kimia Teoritis, dan Prof Isa Irawan dan Dr Ir RV Hari Ginardi M.Kom dalam bidang Informatika.
"Bidang-bidang penelitian yang diusung tersebut diharapkan ke depannya bisa banyak memberi manfaat bagi perkembangan pembangunan di negara-negara Eropa maupun Asia, utamanya di negara ASEAN," katanya.
Adanya kunjungan Austria itu akan dimanfaatkan oleh ITS untuk bekerja sama dalam berbagai bidang dengan Austria, bukan hanya empat bidang yang dibawa oleh beberapa profesor Austria itu.
Pusat Studi ASEAN
Sementara itu, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Peterongan, Jombang, membuka Pusat Studi ASEAN dengan konsentrasi kajian Islam Rahmatan lil Alamin.
"Unipdu sangat serius dalam bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN dalam mengawal pusat studi ini," kata Rektor Unipdu, Prof Dr KH Ahmad Zahro, saat menyambut kedatangan Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, I Gusti Agung Wesaka Puja.
Prof Zahro yang juga guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya itu mengemukakan Unipdu memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk pusat studi itu, karena ada beberapa pendalaman bahasa asing, antara lain Prancis, Inggris, Jepang, Mandarin, dan Arab. Ada pula sekitar 40 mahasiswa nonMuslim.
Menurut I Gusti Agung Wesaka Puja, pertimbangan utama untuk Pusat Studi ASEAN dengan konsentrasi kajian Islam Rahmatan lil Alamin adalah pesantren telah memberikan sumbangsih besar sejak pra-kemerdekaan hingga terjaganya Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.
"Pertimbangan selanjutnya karena kajian Islam rahmatan lil alamin adalah pertama dan satu-satunya di Indonesia. Untuk di Jawa Timur, Unipdu merupakan kampus ketiga yang memiliki Pusat studi ASEAN setelah Unair dan Universitas Wiraraja Sumenep," katanya.
Untuk Unair Surabaya, kajian yang diseriusi adalah masalah politik, sedangkan di Universitas Wiraraja Sumenep terkait ekonomi yakni usaha kecil dan menengah, maka untuk Unipdu terkait dengan Islam Rahmatan lil Alamin itu.
"Dengan dibukanya studi kawasan Asean yang memiliki konsentrasi bagi Islam rahmatan lil alamin itu diharapkan sejumlah keragaman budaya, agama, ras, suku dan antargolongan di Tanah Air dapat disatukan. Kita berharap kebhinnekaan yang ada di negeri ini, nantinya bisa benar-benar ika," katanya.
Sementara itu, staf pengajar Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair), Rumayya Batubara, menerima penghargaan Hadi Soesastro Australia Award 2015 dari Pemerintah Australia, 21 Oktober 2015.
Sebagai penerima beasiswa Australia Award Scholarship untuk studi doktoral, Rumayya secara otomatis menerima surat undangan untuk mengirimkan proposal berjudul "The Politics of Regional Economic Development in Decentralized Indonesia" yang sebelumnya diajukan kepada pihak penyeleksi Hadi Soesastro Australia Award 2015.
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015