"Kita memberikan obat dalam bentuk aerosol. Aerosol akan disemprotkan pada saluran napas sehingga bisa masuk ke target organ. Terapi ini (inhalasi) direkomendasikan pada penderita asma dibandingkan terapi oral," ujar Dr. Ratnawati, MCH, SpP(K) di Jakarta, Rabu.
Selain karena efektif, lanjut dia, dosis obat hisap 40-100 kali lebih kecil dibandingkan obat oral, sehingga meminimalkan kemungkinan terjadinya efek samping.
Ratna mengatakan, untuk mencegah serangan asma berat, penderita perlu patuh melakukan pengobatan. Kemudian, bila asma terkontrol atau tak ada gejala seperti sesak napas, mengi, dada tertekan dan bantuk bervariasi dari waktu ke waktu, hingga setahun maka konsumsi obat bisa dihentikan.
"Untuk tahu terkontrol atau tidak, dokter punya parameternya. Setelah asma terkontrol selama tiga bulan, dokter bisa menurunkan dosis obat. Dokter akan memonitor selama tiga bulan. Bila satu tahun gejala tak muncul, obat pengontrol bisa dihentikan," tutur Ratna.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015