Dewasa ini telah dikembangkan terapi/pengobatan baru yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti gagal ginjal, hati, pankreas, bahkan patah tulang yaitu Terapi sel punca.
Terapi sel punca mulai dikembangkan di dunia pada 1996 dan di Indonesia pada 2007. Terapi dilakukan dengan menyuntikkan sel punca ke pasien untuk memperbaiki organ atau jaringan tubuh yang rusak. Untuk di Indonesia terapi ini masih dalam penelitian dan pengembangan.
Meski masih dalam tahap penelitian dan belum jadi layanan standar, hasilnya cukup menggembirakan. Keberhasilan itu membuat para ahli yakin terapi sel punca akan jadi tren masa depan, menggantikan terapi konvensional dengan obat atau suntik.
Sel punca bisa diambil dari embrio, darah tali pusat bayi baru lahir dan dari orang dewasa. Sel punca embrio belum dikembangkan di Indonesia karena etikanya diperdebatkan. Sel punca dewasa bisa diambil dari tubuh pasien sendiri (autologous) atau orang lain (allogenic).
Saat ini baru dua rumah sakit yang menerapkan terapi sel punca, yakni RSCM Jakarta dan RS Sutomo Surabaya yang menjadi pusat pengembangan sel punca di Indonesia menunjukkan sejumlah penyakit kronis berhasil disembuhkan secara signifikan.
“Pada tahapan riset ini banyak pasien yang sudah mengikuti terapi dan berhasil dengan baik,” papar Ketua Konsorsium Sel Punca Prof Farid Anfasa Moeloek dalam temu media, di Kantor Kementerian Kesehatan Jakarta (28/10).
Dengan keberhasilan tahapan riset tersebut maka sel punca akan menjadi harapan bagi model terapi atau pengobatan masa depan di Indonesia.
Pengembangan sel punca diakui Moeloek masih terpusat di 2 rumah sakit yakni RSCM dan RS Sutomo. Namun, Kemenkes sudah menunjuk 9 rumah sakit lainnya untuk menjadi pusat penelitian sel punca berbasis pelayanan yakni RS M Djamil, RS Persahabatan, RS Fatmawati, RS Dharmais, RS Harapan Kita, RS Hasan sadikin, RS kariadi, RS Sardjito dan RS Sanglah.
Selain itu dua laboratorium telah mendapat ijin Kemenkes untuk melaksakan usaha penyimpanan sel punca darah tali pusat yakni PT Bifarma Adiluhung dan PT Dermama Bioteknologi Laboratorium.
Moeloek mengakui masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa perkembangan teknologi kedokteran di Indonesia sudah berhasil menggunakan sel punca. Karena itu upaya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat perlu dilakukan terus.
“Ini untuk mencegah adanya terapi ilegal yang memanfaatkan sel punca yang belakangan marak ditemukan di masyarakat,” tambah Moeloek.
Untuk mengantisipasi hal tersebut pada 2014 ini pihak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan peraturan menteri yang menyebutkan bahwa tidak semua rumah sakit dan klinik kecantikan dapat melakukan terapi stem cell.
Rumah sakit yang menjadi tempat pelayanan sel punca resmi itu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 32 tahun 2014 tentang 'Penetapan Rumah Sakit Pusat Pengembangan Pelayanan Medis Penelitian dan Pendidikan Bank Jaringan dan Sel Punca.
Terkait dengan peraturan mengenai stem cell, ada empat Permenkes yang harus ditaati, yaitu Permenkes nomor 833/834 tahun 2009, tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Medis Sel Punca, Permenkes nomor 48 tahun 2012, tentang Penyelenggaraan Bank Sel Punca Darah Tali Pusat, Permenkes nomor 50 tahun 2012, tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pengolahan Sel Punca Untuk Aplikasi Klinis, dan Permenkes nomor 32 tahun 2014 tentang Penetapan Rumah Sakit Pusat Pengembangan Pelayanan Medis Penelitian dan Pendidikan Bank Jaringan dan Sel Punca.
Meskipun di Indonesia terapi sel punca masih dalam tahap pengembangan dan riset, mutu terapi sel punca di Indonesia tak kalah dibandingkan negara lain.
Dari 379 pasien yang diterapi di RSUD dr Soetomo, perbaikan pasien diabetes 30-100 persen dan nyeri sendi lutut 60-70 persen.
Perbaikan pasien stroke 50 persen dan penyakit jantung 60- 80 persen. Hal serupa ditunjukkan peserta terapi di RSCM.
Uji translasi dan klinis di RSCM pada penderita patah tulang nonunion, defek tulang, defek tulang rawan sendiri, cidera sumsum tulang, kelainan panggul serta pengapuran sendi pada 42 pasien, dimana 10 pasien patah tulang gagal sambung dan defek tulang berhasil disembuhkan. Lalu 9 pasien defek tulang rawan sendi dan 5 pasien avaskuler nekrosis menunjukkan perbaikan fungsional dan 18 pasien masih dalam pemantauan.
Selain itu 43 pasien telah dilakukan terapi sel punca untuk kasus jantung, dimana 19 penderita anterior myocarfial infraction menggunakan sel punca darah tepi dan 25 pasien gagal jantung menggunakan sel punca sumsum tulang.
Terapi lain yang dilakukan RSCM adalah pengobatan pada 3 pasien penderita kaki diabetes dan 5 pasien luka bakar parah yang mana telah menunjukkan hasil terapi yang baik.
Adapun pelayan berbasis penelitian dari RS dr Soetomo mencatat 379 pasien yang dilakukan terapi sel punca dengan berbagai jenis penyakit. Diantaranya kasus yang banyak ditangani adalah diabetes melitus (99 kasus), nyeri sendi lutut (40 kasus), stroke (30 kasus), jantung (12 kasus) dan sisanya penyakit hati, saraf serta penyakit darah berbahaya lainnya.
Berita dan info kesehatan lainnya dapat dilihat lebih lanjut di www.depkes.go.id dan www.sehatnegeriku.com
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015