Sekitar 180.000 orang, yang kebanyakan lari dari perang di Suriah dan Afghanistan, telah memasuki Slovenia sejak pertengahan Oktober, sebagian besar ingin menuju Austria dan kemudian Jerman, lapor Reuters.
Eropa sedang menghadapi arus migran besar yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kelompok itu terpecah belah dalam menghadapinya. Para pemimpin Uni Eropa akan mengadakan pertemuan di Malta pada Rabu guna mengatasi berbagai perbedaan yang mereka miliki.
Truk militer datang dengan membawa kawat berduri pada Rabu dini hari di desa perbatasan Veliki Obrez di sebelah tenggara Slovenia. Pada pukul 18.30 WIB, kawat berduri sepanjang 2 kilometer telah terpasang.
Slovenia menghadapi permasalahan logistik yang lebih menekan dan mendesak. Perdana Menteri Miro Cerar mengatakan, Selasa, bahwa negaranya, yang merupakan negara terkecil dalam jalur migran, tidak memiliki sumber daya untuk menampung jumlah besar migran saat parahnya musim dingin jika Austria menutup perbatasannya.
Perbatasan Slovenia dengan Kroasia masih tetap terbuka, tetapi pagar berduri akan mencegah migran memasuki Slovenia dari luar perlintasan perbatasan.
Ribuan Migran Menunggu di Serbia
Tentara Slovenia juga memasang kawat berduri sepanjang 100 meter di lahan terbuka dekat desa Gibina, sebelah timur Slovenia.
Tidak ada migran yang terlihat di kedua tempat, tetapi sejumlah tentara dan polisi menjaga tempat tersebut.
Kroasia mengkritik langkah Slovenia tersebut sebagai hal yang tidah penting dan membuang-buang uang.
"Akan lebih baik jika mereka membangun pusat penerimaan seperti yang kita lakukan, kawat tidak akan mampu menghentikan mereka untuk mencari jalan dan lebih baik mengorganisasi mereka," ujar Menteri Dalam Negeri Kroasia Ranko Ostojic. Namun, Slovenia mengatakan pada minggu ini bahwa mereka tidak akan membangun pusat penerimaan jangka panjang.
Sekitar 3.000 orang lagi diperkirakan akan memasuki Serbia pada Rabu, setelah 9.000 orang telah masuk pada hari sebelumnya.
Sekitar 175 polisi dari negara Uni Eropa lainnya dikirim ke Slovenia untuk membantu pasukan setempat, dan diperkirakan akan ada 100 orang lagi yang akan dikirim dalam dua minggu kedepan.
(Uu.KR-MBR/T008)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015