• Beranda
  • Berita
  • Tertawa di situasi tak lucu jadi tanda awal Alzheimer

Tertawa di situasi tak lucu jadi tanda awal Alzheimer

12 November 2015 06:35 WIB
Tertawa di situasi tak lucu jadi tanda awal Alzheimer
Hari Tertawa Internasional. Sejumlah warga melakukan aksi tertawa massal dalam peringatan hari tertawa Internasional di Solo, Jateng, Minggu (6/5). Dalam aksinya mereka mengajak masyarakat untuk sering tertawa karena dengan tertawa dapat menurunkan tingkat stress. (FOTO ANTARA/Akbar Nugroho Gumay).

Humor bisa bisa menjadi cara untuk mendeteksi demensia, karena berhubungan dengan berbagai aspek fungsi otak, misalnya memecahkan masalah, emosi dan kewaspadaan."

Jakarta (ANTARA News) - Tertawa mungkin merupakan obat terbaik bagi kesehatan Anda. Namun, tertawa di situasi yang kebanyakan orang tidak melakukannya justru tak bagus,  karena bisa menjadi tanda munculnya penyakit Alzheimer, menurut studi dalam Journal of Alzheimer's Disease.

Para peneliti dari Universitas College London (UCL) di Inggris mempelajari sekitar 48 orang yang mengalami Alzheimer dan FTD (demensia frontemporal, yakni gangguan pada lobus frontal dan temporal otak, yakni wilayah yang terkait dengan kepribadian dan perilaku) serta, 21 individu sehat.

Mereka meminta para partisipan ini mengisi kuesioner tentang rasa humor mereka dalam 15 tahun terakhir.

Hasil studi menemukan, dibandingkan individu yang sehat, mereka yang mengalami FTD cenderung bangkit rasa humornya di situasi tak biasa, termasuk tertawa pada sesuatu yang kebanyakan orang normal tak melakukannya.

Misalnya, tertawa di kejadian tragis yang dialami atau tertawa saat mendengar anjing menggonggong.

Tak hanya itu, mereka juga lebih menyukai humor dengan konten candaan yang kasar dibandingkan sindiran-sindiran halus semata.

Peneliti melaporkan, para penderita Alzheimer merasakan perubahan dalam rasa humor ini sekitar 9 bulan sebelum gejala lain penyakitnya itu muncul.

Hal ini menunjukkan, perubahan rasa humor bisa menjadi tanda awal gejala FTD dan Alzheimer.

"Humor bisa bisa menjadi cara untuk mendeteksi demensia, karena berhubungan dengan berbagai aspek fungsi otak, misalnya memecahkan masalah, emosi dan kewaspadaan," kata peneliti studi, Dr. Camilia Clark seperti dilansir Medical News Today.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015