Penutupan trek Rinjani pengaruhi ekonomi warga

15 November 2015 05:56 WIB
Penutupan trek Rinjani pengaruhi ekonomi warga
Material Vulkanik Barujari. Gunung Barujari menyemburkan material vulkanik terlihat dari Danau Segare Anak Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Senin (9/11). Menurut hasil pemantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Rinjani memprediksi terhitung sejak 2 November 2015 erupsi Gunung Barujari telah mengeluarkan lava serta material vulkanik lainnya sebanyak 3 juta meter kubik yang berpotensi menyebabkan meluapnya air danau Segare Anak dan akan mengakibatkan banjir lahar dingin di sungai (kokok) Putek. (ANTARA FOTO/HO/Mutaharlin)
Lombok (ANTARA News) - Penutupan jalur pendakian ke Gunung Rinjani setelah erupsi Gunung Baru Jari mempengaruhi ekonomi warga di sekitar gunung yang mayoritas mata pencariannya sebagai pemandu wisata atau porter.

"Penutupan ini menyengsarakan warga yang mayoritas mencari rezekinya dari Gunung Rinjani, entah itu sebagai pemandu wisata, porter, pengelola wisata dan sebagainya," ujar Ketua Rinjani Trek Organiser dan Ketua Guide (pemandu) Junaidi Surahman di Lombok, Sabtu.

Penutupan trek pendakian Gunung Rinjani pada 24 Oktober 2015 dianggap sangat merugikan bagi kegiatan ekonomi warga sekitar.

"Kalau ditutup kasihan warga sebab perekonomian terganggu. Warga banyak yang bekerja di sektor wisata," tambah Junaidi.

Menurut Junaidi, Gunung Rinjani merupakan tujuan utama para wisatawan domestik dan mancanegara jika berkunjung ke Lombok.

Akibat penutupan trek Rinjani, kerugian kegiatan wisata mencapai Rp50-100 juta perhari.

Junaidi yang mengaku sudah berpengalaman mendaki Gunung Rinjani selama 20 tahun menyatakan trek Rinjani tidak perlu ditutup karena ada jalur alternatif yang dianggap aman.

"Padahal masih ada jalur treking Rinjani yang aman yaitu melalui jalur Senaru sehingga perekonomian warga tidak terlalu terpukul dengan keadaan ini," ujar Junaidi.

Junaidi juga menuturkan bahwa Gunung Baru Jari sudah erupsi empat kali sejak 1994 namun sebelumnya belum pernah ada penutupan.

"Letusan terbesar Gunung Baru Jari terjadi pada 1994 namun kita tetap melakukan pendakian. Dampak ke sektor wisata hanya sekitar 0,5 persen saja, begitu juga pada 2014, tidak ada penutupan," tambah Junaidi.

Gunung Baru Jari juga pernah menunjukan aktivitas vulkaniknya selama lebih dari 12 bulan pada 2009-2010 namun aktifitas pendakian tetap berjalan.

Junaidi juga berharap agar keputusan penutupan jalur pendakian oleh pihak Taman Nasional Gunung Rinjani tidak dilakukan secara sepihak, karena itu membuat para pelaku wisata tidak mendapat latar belakang informasi keputusan tersebut.

"Kenapa kami protes, sebab kita ada pengalaman. Dulu tidak ditutup total. Kenapa sekarang ditutup total pendakiannyan," ujarnya.

Junaidi mengharapkan agar apapun keputusan pemerintah, yang dalam hal ini diwakili oleh pihak Taman Nasional Gunung Rinjani, dapat dimusyawarahkan bersama.

Sementara itu, pengelola hotel dan restoran di kaki Gunung Rinjani Raden Gita Kusuma juga menambahkan bahwa setelah penutupan bandara akibat erupsi Gunung Baru Jari memang tampak sekali dampaknya.

"Bedanya terlihat jauh dari jumlah pengunjung, sebelumnya cukup ramai wisatawan. Sekarang saat erupsi jarang, bahkan pernah tidak ada sama sekali," ujar Raden Gita pada kesempatan yang sama. 

Pewarta: Ageng Wibowo
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015