"Perilaku duduk lama, kurangnya aktivitas fisik dan pola makan buruk itu kombinasi romantis munculnya obesitas. Gen hanya 10 persen saja kontribusinya. 90 persen sisanya pola hidup buruk," ujar dia, di Jakarta, Senin.
Dia mencontohkan, konsumsi makanan tinggi lemak, protein dan gula tetapi rendah serat, merupakan salah satu contoh pola makan buruk. Spesialis penyakit dalam, dr. Simon Salim, SpPD, mengatakan pola makan yang lebih disarankan ialah dengan menerapkan prinsip berimbang, misalnya setengah piring untuk sayuran, seperempat piring karbohidrat, dan seperempat sisanya protein, seperti daging.
Kemudian, lanjut dia, pola makan ini perlu diimbangi dengan melakukan aktivitas fisik seperti berjalan cepat atau berolahraga dengan intensitas sedang sebanyak 30 menit selama lima hari dalam seminggu. Langkah ini, selain bisa mengurangi risiko obesitas juga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner sebanyak 19 persen atau seperlimanya.
"Bila kebugaran kita cukup baik, setidaknya kita bisa melakukan jalan cepat (kira-kira 100 langkah per menit) selama 30 menit, yang dapat memberi kita tambahan 3000-4000 langkah. Risiko stroke pun turun 50 persen," kata Simon.
Kemudian, usahakan mencapai target minimal 10 ribu langkah per hari, secara perlahan. Made menambahkan, rutin memeriksa berat badan tubuh juga bisa menjadi langkah berikutnya demi mencegah obesitas. "Rajin-rajinlah mengecek berat badan, untuk tahu indeks massa tubuh kita apakah normal atau tidak," tambah dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015