Poonam Khetrapal Singh dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa di kawasan Asia Tenggara, setiap lima menit seorang anak meninggal dunia karena resistensi bakteri berbahaya.
Menurut dia, obat yang tadinya efektif mengobati penyakit mematikan seperti tuberculosis, HIV, malaria, dan sebagainya, semakin kehilangan keampuhannya.
Penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik secara berlebihan, lanjutnya, menyebabkan resistensi terhadap antibiotik, yang kini mengedepan menjadi ancaman besar kesehatan masyarakat.
Antibiotik, ia mengatakan kerap diresepkan secara kurang tepat, yaitu saat tidak dibutuhkan, dengan pilihan obat dan dosis yang tidak tepat. Pengobatan sendiri menggunakan antibiotik tanpa resep kerap dilakukan.
Selain itu, menurut dia, tidak menghabiskan obat sesuai resep, atau terlalu lama mengonsumsinya, kurangnya regulasi dan standar bagi petugas kesehatan, penggunaan yang tak tepat dan berlebihan pada hewan ternak dan tanaman pertanian, adalah beberapa faktor yang menyumbang pada semakin tingginya resistensi terhadap antibiotika.
WHO, lanjutnya, berupaya keras melakukan advokasi agar berbagai pihak berperan melakukan gerakan menghambat kecepatan laju resistensi terhadap antibiotik, yang saat ini melebihi kecepatan kemampuan antibiotik menyembuhkan infeksi parah.
Kondisi terakhir ini adalah bencana karena berarti manusia berlari menuju masa di mana infeksi yang tadinya dapat diobati, bisa menyebabkan kematian, ujar dia.
Negara-negara WHO di Kawasan Asia Tenggara di 2011 telah menandatangani Deklarasi Jaipur, sepakat untuk menjadikan kegiatan menghadang resistensi antibiotika menjadi prioritas nasional.
Pekan Peduli Antibiotik Sedunia yang dilaksanakan pada 16--22 November 2015, bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat dan mempromosikan hal-hal baik yang sebenarnya telah dilakukan masyarakat, tenaga kesehatan, serta pembuat kebijakan untuk penggunaan antibiotik yang tepat, mencegah perparahan dan penyebaran resistensi terhadap antibiotik.
Antibiotik telah menyelamatkan jutaan nyawa dari infeksi bakteri, dan perlu terus menjadi sumber daya berharga. Karena itu, ia mengajak semua bekerja sama menghentikan resistensi terhadap antibiotik.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015