Pulau Natuna, "Pearl Harbour" Indonesia

20 November 2015 14:08 WIB
Pulau Natuna, "Pearl Harbour" Indonesia
Peta konflik klaim wilayah antar-negara di LautChina Selatan. Kepulauan Natuna dan zone ekonomi eksklusif milik Indonesia ada di sisi barat daya perairan itu. (inquirer.net)

... memang bercita-cita membangun Pangkalan Udara TNI AU Natuna menjadi pangkalan militer terpadu, menjadi Pearl Harbor-nya Indonesia...

Karanganyar, Jawa Tengah (ANTARA News) - "Kami memang bercita-cita membangun Pangkalan Udara TNI AU Natuna menjadi pangkalan militer terpadu, menjadi Pearl Harbor-nya Indonesia," kata Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Agus Supriatna, di Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat. 


Pearl Harbour di Pulau Oahu, Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat, berada sangat jauh dari tanah induk Amerika Serikat. Pulau Natuna juga demikian, berada di tepi Laut China Selatan yang sejak beberapa tahun terakhit makin menghangat sejalan klaim sepihak China atas hampir seluruh perairan itu. 


Jadilah Pulau Natuna dan Kepulauan Natuna menjadi pagar penting bangsa ini menghadapi berbagai dampak dinamika di Laut China Selatan. Pagar ini harus diperkuat dan diperkokoh agar bangsa lain tidak seenaknya. 


Sebetulnya, Pearl Harbour itu dikuasai Armada Ketujuh Angkatan Laut Amerika Serikat, sekaligus markas komando Komando Armada Pasifik Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. Adapun pangkalan udaranya --yang dulu dibom Jepang pada 7 Desember 1941-- adalah Pangkalan Udara Hickam. 


Menurut Supriatna, Pearl Harbor merupakan pangkalan militer Amerika Serikat terbesar di Kepulauan Hawaii, sedangkan Pangkalan Udara TNI AU Natuna yang kini tipenya masih C dan akan ditingkatkan menjadi tipe B, yang dikomandani seorang kolonel.


Untuk saat ini, katanya, Kementerian Pertahanan menurunkan lebih dari Rp200 miliar sebagai dana penguatan Pangkalan Udara TNI AU Natuna, dan diharapkan sudah selesai pada 2016. 


Bukan untuk kepentingan pertahanan fisik saja maka Pangkalan Udara TNI AU Natuna diperkuat, melainkan juga karena perairan di sana jalur pelayaran strategis, dan juga untuk memantau keamanan di perbatasan Indonesia dengan negara-negara lain.


"Sehingga, jika ada negara lain yang saling mengklaim, tetapi Indonesia berdiri di wilayah itu sebagai pihak ketiga akan ikut menjaga keamanan," katanya.

Pewarta: Bambang Marwoto
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015