• Beranda
  • Berita
  • Akitivis lingkungan Bengkulu gelar "Tour Enggano"

Akitivis lingkungan Bengkulu gelar "Tour Enggano"

24 November 2015 20:19 WIB
Akitivis lingkungan Bengkulu gelar "Tour Enggano"
Ilustrasi--Danau Bak Blau di pesisir Desa Meok, Enggano, Bengkulu, saat surut. (ANTARA/Virna Puspa Setyorini)

Kami akan mengeksplor pesona pulau itu, bertemu masyarakat, mendokumentasikan budaya, ekonomi dan kearifan lokal mereka dalam melestarikan alam,"

Bengkulu (ANTARA News) - Belasan aktivis lingkungan Bengkulu yang bergabung dalam Aliansi Masyarakat Sipil Penyelamat Engganomenggelar "Tour Enggano" untuk mengeksplorasi pesona alam sekaligus mengkampanyekan penyelamatan Enggano yang merupakan pulau terluar di tengah Samudera Hindia itu.

Koordinator aksi, Fery Fadli sebelum bertolak ke Pulau Enggano dari Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu, Selasa, mengatakan bahwa aksi itu membawa misi penting, salah satunya mendokumentasikan bermacam bentuk keterikatan masyarakat lokal dengan alamnya serta dampak eksploitasi sumber daya alam yang mengabaikan daya dukung pulau itu.

"Kami akan mengeksplor pesona pulau itu, bertemu masyarakat, mendokumentasikan budaya, ekonomi dan kearifan lokal mereka dalam melestarikan alam," katanya.

Tim yang didukung sejumlah organisasi masyarakat sipil Bengkulu itu bertolak dari Bengkulu ke Pulau Baai menggunakan kapal feri Pulo Tello.

Pelayaran mengarungi perairan Samudera Hindia berjarak lebih 100 mil laut dari Kota Bengkulu itu akan memakan waktu 12 jam dalam kondisi cuaca normal.

Feri mengatakan bahwa Pulau Enggano memiliki peran strategis bagi Nusantara sehingga pengelolaan pulau itu harus mengindahkan kaidah lingkungan dan daya dukung pulau untuk tujuan pelestarian.

"Enggano merupakan pulau terluar yang masih terancam oleh berbagai kepentingan yang menurut kami justru mempercepat penenggelaman pulau," katanya.

Salah satu aktivitas eksploitatif yang dinilai dapat mempercepat penenggelaman pulau itu adalah penambangan pasir di Pantai Desa Kaana untuk kepentingan pembangunan 100 unit rumah transmigran di pulau itu.

Padahal masyarakat dengan perangkat pemerintah setempat sudah menyepakati pengadaan material proyek bernilai di atas Rp500 juta harus didatangkan dari Bengkulu.

"Pengambilan pasir itu menghancurkan ekosistem hutan mangrove padahal fungsi mangrove sangat strategis untuk perlindungan pulau dari hantaman gelombang," kata Koordinator Forum Pengurangan Risiko Bencana Bengkulu, Ali Akbar.

Mantan Direktur Walhi Bengkulu ini mengatakan bahwa pulau yang berada di tengah-tengah Samudera Hindia itu bergantung pada kelestarian bentangan alamnya mulai dari ekosistem terumbu karang, mangrove hingga hutan primer yang melindungi sumber air bersih bagi penduduk setempat.

Berbagai kajian menurutnya merekomendasikan pembangunan Pulau Enggano ke sektor pariwisata berbasis ekologi pesisir, keanekaragaman hayati, budaya dan kearifan lokal masyarakat adat yang mendiami pulau itu.

Pulau Enggano masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Pulau seluas 40 ribu hektare itu dihuni lebih 2.600 jiwa penduduk yang bermukim di enam desa yakni Desa Malakoni, Kaana, Kahyapu, Meok, Apoho dan Banjarsari.

Pewarta: Helti MS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015