Separuh lebih primata terancam punah

25 November 2015 11:39 WIB
Separuh lebih primata terancam punah
Orangutan termasuk satwa liar dalam daftar primata terancam punah.(ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang)
Singapura (ANTARA News) - Lebih dari separuh kerabat terdekat manusia; primata seperti beruk, kera, dan kukang; berada di ambang kepunahan dan membutuhkan tindakan konservasi segera menurut laporan yang diluncurkan oleh Singapore Zoo, Selasa (24/11).

Laporan berjudul Primates in Peril: The World's 25 Most Endangered Primates, 2014-2016 yang disusun oleh 63 ahli itu menyoroti buruknya kondisi spesies seperti siamang Hainan yang menurut perkiraan tinggal 25 individu di alam liar.

Lebih dari separuh spesies primata dunia diklasifikasikan sebagai terancam punah dalam Daftar Merah Spesies Terancam Perhimpunan Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature/IUCN).

Ancaman utamanya adalah perusakan habitat, khususnya akibat pembakaran dan pembukaan lahan hutan tropis, perburuan primata untuk makanan, dan perdagangan satwa liar ilegal.

Daftar itu meliputi lima spesies primata dari Madagaskar, lima dari Afrika, 10 dari Asia, dan lima dari Amerika Tengah dan Selatan, semuanya paling membutuhkan tindakan konservasi segera.

"Yang mengkhawatirkan 10 dari 25 primata paling terancam punah ditemukan di Asia. Wildlife Reserves Singapore akan meningkatkan upaya konservasi dari beberapa spesies ini," kata Dr Cheng Wen-Haur, Kepala Ilmu Hayati Wildlife Reserves Singapore, induk perusahaan Singapore Zoo, rumah bagi 450 lebih pritama dari 49 spesies.

Dr Russell Mittermeier, Pemimpin Kelompok Primata Species Survival Comission IUCN dan Wakil Pemimpin Eksekutif Conservation International, mengatakan pembuatan daftar Top 25 ditujukan untuk menyoroti primata paling berisiko dan mendorong pemerintah melakukan upaya lebih.

"Dan utamanya untuk menemukan sumber daya guna menerapkan kebijakan konservasi yang benar-benar diperlukan. Khususnya, kami ingin mendorong pemerintah berkomitmen pada kebijakan-kebijakan konservasi keragaman hayati yang benar-benar dibutuhkan," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015