Film dokumenter itu menggambarkan dunia yang telah mengalami enam kali kepunahan besar, yang terakhir terjadi adalah punahnya dinosaurus. Hanya dalam waktu satu abad, setengah dari spesies di bumi akan musnah. Sang sutradara menyajikan fakta-fakta ilmiah hewan apa saja yang akan segera punah jika manusia tidak bertindak melindungi mereka.
Louie dan krunya juga melakukan operasi penyamaran dalam film tersebut untuk mengungkap perdagangan ilegal spesies langka. Ada tumpukan ribuan sirip hiu di Tiongkok dan insang Ikan Pari Manta dari Indonesia.
Film juga menggambarkan beyapa tersiksanya Bumi akibat ulah manusia yang menghasilkan sekian banyak gas karbon dioksida dan metana ke atmosfer sehingga menyebabkan semakin asamnya lautan. Sebuah kamera khusus dirancang untuk merekam kepulan asap CO2 dan metana tak terlihat dari knalpot mobil, kapal, manusia bahkan binatang.
Namun film juga menyajikan kisah sukses memasukkan Ikan Pari Manta ke dalam daftar larangan perdagangan internasional. Akhir cerita, sebuah mobil listrik yang dikemudikan pebalap Leilani Münter melakukan misi gerliya dalam memproyeksikan gambar spesies langka dan pesan-pesan harapan pada sisi-sisi gedung ikonik di New York City, Amerika Serikat seperti gedung Empire State. Ada macan tutul salju, harimau, burung hantu, dan berbagai hewan laut yang nyaris punah.
Gambar-gambar yang dipadukan dengan suara alami mereka mengalihkan pandangan orang-orang yang lalu lalang di sekitar bangunan tersebut. Alunan suara lembut Sia dan Antony Hegarty pun terdengar di antara suara-suara satwa. Sia menyanyikan lagu “One Candle,” sementara Antony menyanyikan lagu "Manta Ray".
Aktor sekaligus aktivis lingkungan Hamish Daud (35) menilai film tersebut sangat membuka wawasannya.
"Film ini mengajarkan kita supaya mulai sekarang kita bisa memulai gerakan untuk beraksi mengubah dunia, mari kita melakukan perubahan yang baik demi kelangsungan hidup spesies di muka bumi ini. Lakukan mulai dari hal-hal yang kecil, mulai dari satu hal," katanya di Jakarta pada Rabu malam.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015