"Tari yang kami namakan Nawasari ini berisikan sari-sari dari sembilan tarian yang dinominasikan atau ini mozaiknya, karena waktu tidak memungkinkan untuk menampilkan semuanya," kata Prof Dr I Wayan Dibia, guru besar Institut Seni Indonesia Denpasar, di sela gladi tarian tersebut di Denpasar, Jumat.
Sembilan tari Bali yang diusulkan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dunia meliputi Tari Barong Ket, Tari Joged, Tari Legong Kraton, Drama Tari Wayang Wong, Drama Tari Gambuh, Topeng Sidakarya, Baris Upacara, Tari Sanghyang Dedari dan Tari Rejang.
Dibia akan membawakan Tari Nawasari bersama tiga penari lainnya, Dewa Putu Slamet Raharja, Ni Putu Eka Laksmi Dewi dan Kadek Ayu Era Pinatih.
Ia menjelaskan dalam menciptakan Tari Nawasari mereka juga membuat iringan musik yang dicuplik dari iringan masing-masing tari yang dipadukan.
"Hal itu kami lakukan dengan Dewa Berata dari Sanggar Sudamanik di Pangosekan, Ubud. Dengan mempergunakan gamelan Semarandana, kami mengaitkan gamelan dan menciptakan transisi baru," katanya.
Mereka menyiapkan dua versi Tari Nawasari, versi enam menit dan empat menit.
Kadek Ayu Era Pinatih sudah siap tampil di acara UNESCO.
"Untuk menyiapkan penampilan ini tidak terlalu sulit karena memang sudah biasa menarikan, untuk yang ini saya tinggal menghafal potongan-potongannya," katanya serta menambahkan para penari hanya latihan tiga kali.
Dibia dan tiga penari lainnya akan berangkat dari Bali menuju Namibia pada 28 November 2015.
Jika kesembilan tari Bali itu ditetapkan sebagai warisan budaya dunia dalam sidang itu, Dinia menjelaskan, maka ada jaminan legal bahwa karya-karya seni itu berasal dari Indonesia, khususnya Bali.
"Jadi tidak akan ada negara lain yang berani mengusik keberadaan tarian itu. Namun, tantangannya kita pun harus mempunyai komitmen bahwa kesembilan tarian akan tetap hidup dan bahkan berkembang, atau bisa masuk ke dalam kurikulum sehingga bisa alih generasi," katanya.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015