• Beranda
  • Berita
  • Rektor: radikalisme karena pemahaman agama sempit

Rektor: radikalisme karena pemahaman agama sempit

28 November 2015 02:32 WIB
Rektor: radikalisme karena pemahaman agama sempit
ilustrasi Gubernur Jawa Timur, Soekarwo (ketiga kanan) didampingi Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Anas Yusuf (ketiga kiri), Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Eko Wiratmoko (kanan), Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, Elvis Johnny (kedua kiri), Ketua MUI Jawa Timur, KH Abdussomad Bukhari (kiri) dan Ketua DPRD Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar (kedua kanan) menekan tombol bersama peresmian Pusat Informasi Pelayanan Terpadu disela-sela Sarasehan Forpimda dengan Seluruh Elemen Masyarakat Daerah Jawa Timur di Airlangga Convention Center Surabaya, Selasa (21/4). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Orang yang tertutup dan sempit pemahaman agamanya akan berpotensi menjadi radikal, sehingga itu yang mereka bawa sampai titik darah penghabisan,"

Palu (ANTARA News) - Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Zainal Abidin mengatakan potensi radikalisme terjadi dikarenakan pemahaman agama yang sempit dan tertutup.

"Orang yang tertutup dan sempit pemahaman agamanya akan berpotensi menjadi radikal, sehingga itu yang mereka bawa sampai titik darah penghabisan," kata Zainal Abidin dalam dialog publik "Menangkal radikalisme atas nama agama" di Palu, Jumat malam.

Menurut dia, Radikalisme sendiri terbagi menjadi dua yakni positif dan negatif. Sementara dalam ilmu filsafat, "berpikir radikal" dalam hal positif mengkaji sampai keakar-akarnya.

"Saya kira ini yang masuk ke pemahaman anak-anak muda karena pemahaman agamanya sempit," ungkapnya.

Sementara itu, kata dia orang yang lebih terbuka pemahamannya dalam agama, lebih terbuka dalam menerima perbedaan dan dapat menangkal paham radikalisme saat ini.

"Sehingga dengan pemahaman terbuka, membuat kita bisa tahu kalau tidak hanya pemahaman kita yang paling benar," ujarnya

Menurut dia, manusia itu diciptakan dengan perbedaan dan kita tidak berdaya tentang itu. Ia mencontohkan manusia bisa pindah agama tapi tidak bisa pindah suku, dan itulah perbedaan merupakan bagian dari sunnatullah.

"Sementara kelompok yang kita sebut radikal itu adalah mereka yang menggangap dirinya adalah paling benar dan orang lain salah," ucapnya.

Sehingga menurut dia, dibutuhkan kearifan dan wawasan dalam memahami teks-teks agama. Mengikuti pemahaman yang terbaik bagi kita dan menghargai pendapat orang lain.

(KR-FZI/F003)

Pewarta: Fauzi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015