"Saat ini, sekurangnya ada 11 lapangan golf berstandar internasional, dan jumlah itu tidak dimiliki daerah lain, dan bahkan mungkin di Jakarta sendiri," katanya di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.
Dalam diskusi dan "bincang santai" dengan pengurus Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Bogor dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor Drs Rahmat Surjana, M.Si, ia mengemukakan bahwa kian meningkatnya wisatawan dengan minat khusus olahraga golf menjadikan daerah itu kini menjadi pesaing utama Tiongkok.
Sebelumnya, kata dia, wisatawan dengan minat khusus itu, khususnya dari Singapura, Malaysia, dan negara lain menjadikan tujuan utama mereka ke Tiongkok.
Namun, kata dia, seiring dengan promosi gencar yang dilakukan pihaknya, kini wisatawan dimaksud sudah mulai datang ke Kabupaten Bogor.
Ia memberi rujukan data bahwa sebelum ada BPPD Kabupaten Bogor, wisatawan dengan minat khusus golf itu, setahun kisarannya yang datang tidak lebih dari 1.000 orang.
"Namun, setelah setahun Badan Promosi Pariwisata Kabupaten Bogor dibentuk, kini wisatawan dengan minat khusus golf yang datang 1.000 hingga 1.200 orang per bulan," katanya menegaskan.
Fakta itu, kata dia, menunjukkan bukti bahwa strategi promosi yang dilakukan pihaknya mulai efektif sehingga akan terus dikembangkan secara sinergis dengan bentuk pariwisata lainnya.
Di antaranya, kata dia, adalah bagaimana meningkatkan masa tinggal wisatawan dengan minat khusus itu setelah main golf, seperti berkunjung ke pusat kuliner dan juga wisata budaya.
Sementara itu Kepala Disbudpar Kabupaten Bogor Rahmat Surjana menjawab Antara menyatakan bahwa pihaknya jelas terbantu dengan upaya yang dilakukan Badan Promosi Kabupaten Bogor itu.
"Kalau target kunjungan wisatawan mancanegara untuk Kabupaten Bogor 6 juta orang, dengan sumbangan wisatawan dengan minat khusus yang rata-rata per bulan 1.000-1.200 orang, maka kontribusinya sangat signifikan," katanya.
Untuk itu, pihaknya akan terus melakukan sinergi dengan BPPD Kabupaten Bogor dan juga pemangku kepentingan lainnya guna terus menemukan strategi yang semakin efektif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di daerah itu.
Rahmat juga menegaskan bahwa tidak ada tumpang tindih fungsi antara Disbudpar dengan BPPD, namun justru sinergi yang terus membaik.
"Intinya, meski di Disbudpar ada bidang promosi juga, namun bidang garapannya adalah untuk skala lokal, sedangkan untuk regional, nasional, dan bahkan internasional adalah ranah BPPD," katanya.
Mengenai dukungan anggaran BPPD Kabupaten Bogor melalui APBD yang nilainya baru Rp200 juta setahun, pihaknya berkomitmen akan memberikan tambahan proporsional karena yang dilakukan BPPD sudah menunjukkan hasil.
"Tentu kami juga membutuhkan dukungan dari pemangku kepentingan lain, termasuk dari DPRD yang punya kebijakan menentukan anggaran sehingga tugas dan fungsi BPPD semakin optimal," katanya.
Ketua BPPD Kabupaten Bogor Zainal Saprudin menambahkan bahwa soal alokasi anggaran pihaknya memosisikan diri dalam kapasitas "mengoptimalkan yang ada" dahulu.
"Intinya, kami tidak tergantung sepenuhnya pada alokasi anggaran pemerintah daerah, namun kita juga mengharapkan dukungan," katanya.
BPPD dibentuk dengan Perbub No. 58 Tahun 2013 dan Keputusan Bupati No. 556/146/Kpts/Per-UU/2014
pada Februari 2014 untuk mempromosikan dan memajukan usaha pariwisata setempat.
Berdasarkan Perbub dan Keputusan Bupati itu Kepala Disbudpar Kabupate Bogor Rachmat Surjana menetapkan tujuh orang sebagai anggota badan itu.
Komposisinya, Ketua dijabat Zainal Sapruddin dari unsur travel dan pariwisata, Wakil Ketua Dr Ir Ricky Avenzora, M.Sc.F.Trop, pakar ekowisata dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Sekretaris Agus Chandra Bayu, dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Infonesia (PHRI), dengan anggota Sunarya dan Makhrus Arizal, dari Perhimpunan Pramuwisata Indonesia (PPI) serta Janter Panjaitan dari unsur pers.
Pewarta: Andi Jauhari
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015