• Beranda
  • Berita
  • Sawahlunto minta Kemenpar hidupkan loko kuno "Mak Itam"

Sawahlunto minta Kemenpar hidupkan loko kuno "Mak Itam"

1 Desember 2015 03:18 WIB
Sawahlunto minta Kemenpar hidupkan loko kuno "Mak Itam"
Menteri Pariwisata Arief Yahya (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)

Bukan hanya Mak Itam, kami juga meminta PT KAI segera merevitalisasi jalan kereta api Padang-Sawahlunto."

Sawahlunto (ANTARA News) - Pemerintah Kota Sawahlunto meminta bantuan Kementerian Pariwisata untuk menghidupkan lokomotif kuno "Mak Itam" sebagai ikon pariwisata kota tua yang diapit Bukit Barisan di Provinsi Sumatera Barat itu.

"Kami sudah mengalokasikan dana Rp800 juta, namun tiba-tiba tender perbaikan Mak Itam dibatalkan oleh PT KAI. Kami minta Kemenpar membantu menyelesaikan persoalan ini," kata Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf, Senin malam.

Lokomotif legendaris bertenaga uap yang pada zaman pemerintahan kolonial Hindia Belanda untuk pengangkutan batu bara dari Sawahlunto ke Padang itu sejak 2012 tidak bisa difungsikan akibat komponen utamanya rusak.

Lokomotif tua itu diambil dari Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah, dengan biaya Rp150 juta pada 2009 sempat menjadi kereta wisata di Kota Sawahlunto hingga 2012.

Dengan "sakitnya" Mak Itam, praktis kota yang pernah menghasilkan batu bara terbaik di Nusantata itu kehilangan ruhnya, terutama sektor pariwisata.

"Dana Rp800 juta yang kami alokasikan itu, Rp500 juta untuk perbaikan Mak Itam yang komponen utamanya harus didatangkan dari Jerman, sedangkan Rp300 juta untuk revitalisasi Stasiun Sawahlunto (kini museum kereta api)," ujar Ali Yusuf saat menerima kunjungan Menpar Arief Yahya itu.

Ia berambisi menjadikan Kota Sawahlunto sejajar dengan kota wisata lainnya di Sumbar, seperti Kota Bukittinggi dan Kabupaten Tanah Datar yang beribu kota di Batusangkar.

"Kalau Bukittinggi punya ikon Jam Gadang dan Batusangkar dengan rumah gadangnya, maka kami ingin Sawahlunto punya ikon Mak Itam," kata Ali Yusuf.

Sawahlunto yang berjarak sekitar 95 kilometer di sebelah timur laut Kota Padang sejak 2007 mencanangkan diri sebagai sebagai objek wisata kota tua.

Selama 2014, Sawahlunto dikunjungi sekitar 784 ribu wisatawan domestik dan mancanegara karena selain keelokan panorama perbukitan, juga memiliki beberapa tempat bersejarah terkait tambang batu bara, seperti kantor perusahaan tambang Ombilin (sekarang PT Aneka Tambang), terowongan tambang Mbah Soero, Museum Ransoem, Museum Kereta Api, dan bangunan-bangunan peninggalan pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Masa keemasan batu bara di Kota Sawahlunto berakhir pada 2004 sehingga menyebabkan ribuan warga kota itu kehilangan pekerjaan.

"Tidak ada upaya lain, kecuali menjadikan kota ini sebagai kota jasa pariwisata," katanya di sela-sela mendampingi Menpar mengunjungi Museum Ransoem.

Untuk menarik wisatawan, Pemkot Sawahlunto dalam satu tahun terakhir menggelar berbagai kegiatan, seperti Festival Songket Silungkang, Festival Wayang, MTQ tingkat Sumbar, dan pesta rakyat hari jadi selama sepekan hingga 1 Desember 2016.

Sementara itu, Menpar Arief Yahya berjanji membantu Pemkot Sawahlunto dalam upaya menjadikan objek wisata kota tua.

"Bukan hanya Mak Itam, kami juga meminta PT KAI segera merevitalisasi jalan kereta api Padang-Sawahlunto," ujar mantan Dirut PT Telkom.

Menurut dia, jalur kereta api Padang-Sawahlunto sangat vital. Bukan saja membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat, melainkan juga mendukung sektor pariwisata karena wisatawan akan dimanjakan panorama Air Terjun Lembah Anai, Bukit-Barisan, dan Danau Singkarak.

"Soal promosi, saya bantu hingga mancanegara," ujarnya sebelum membuka pesta rakyat peringatan Hari Jadi ke-127 Kota Sawahlunto itu.

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015