Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo tidak menyetujui rencana pembelian helikopter Agusta Westland AW-101 Merlin buatan luar negeri karena pertimbangan helikopter yang ada saat ini masih bisa digunakan dan harga yang terlalu tinggi.Arahan Presiden adalah agar digunakan assembling atau karoseri yang bisa dibuat putra bangsa sendiri
"Dengan berbagai masukan yang ada, presiden memutuskan tidak menyetujui rencana pembelian helikopter itu," kata Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, usai rapat membahas alutsista di Kantor Presiden Jakarta, Kamis.
Pramono menyebutkan sejumlah pertimbangan, pertama, presiden beranggapan helikopter yang ada masih bisa digunakan. Saat ini, helikopter untuk keperluan penerbangan VIP adalah NAS-332 Super Puma yang dioperasikan Skuadron Udara 45 VIP TNI AU.
"Kedua, dengan kondisi keuangan sekarang, harganya dianggap terlalu tinggi," kata Pramono.
Ia menyebutkan presiden tetap akan menggunakan helikopter yang ada walapun perlu dipikirkan untuk memiliki backup helikopter karena saat ini tidak ada backup.
"Arahan Presiden adalah agar digunakan assembling atau karoseri yang bisa dibuat putra bangsa sendiri," kata Pramono.
Ia menyebutkan Kamis ini Presiden memimpin tiga rapat terbatas terkait alutsista, termasuk pengadaan helikopter VIP untuk kepresidenan.
"Saat ini kita gunakan helikopter Super Puma rakitan PT DI," kata Pramono.
Menurut Pramono, rapat terbatas juga membahas upaya agar RI tetap memiliki satelit untuk menjaga keamanan laut dan udara nasional.
"Pagi tadi juga ada ratas mengenai listrik dan kilang minyak, Presiden menginstruksikan agar kilang baru di Kaltim, Jatim dan J Jateng dibangun agar penyediaan BBM kita semakin efisien," kata Pramono.
Terkait listrik, Presiden meminta Perpres pembangkit listrik 35.000 MW segera diselesaikan. "Laporan PLN pada tahun pertama ini, 10.000 MW dapat terpenuhi. Presiden berharap tahun 2019 tidak ada lagi byar pyet," kata Pramono.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015