Greenpeace restorasi gambut di Pulang Pisau

5 Desember 2015 00:17 WIB
Greenpeace restorasi gambut di Pulang Pisau
Greenpeace bersama CIMTROP Universitas Palangkaraya, Save Our Borneo dan masyarakat membangun sekat kanal di Desa Paduran, Kecamatan Sebangau Kuala, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, sebagai bagian dari restorasi gambut. (Monalisa)

Sekat kanal bukan satu-satunya jawaban untuk membasahi gambut di area ini tetapi paling tidak langkah awal ini bisa direplikasi di wilayah lain. Terbukti sekat kanal yang dilakukan di Sungai Tohor tahun lalu membuat kawasan itu bebas dari kebakaran t

Palangkaraya (ANTARA News) - Greenpeace Indonesia membangun sekat kanal untuk memperbaiki kadar air gambut sehingga tidak rentan terbakar.

Bendungan tersebut dibangun sejak 25 November 2015 di Desa Paduran, Kecamatan Sebangau Kuala, Kabupaten Pulang Pisau, yang merupakan salah satu area terjadinya kebakaran hutan beberapa waktu lalu.

"Sekat kanal bisa membasahi hamparan di wilayah Paduran, Sebangau ini sehingga kedepan tidak ada kebakaran lagi," kata Manajer Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Kiki Taufik, di Desa Paduran, Jumat.

"Kami ingin menjadikan ini sebagai inspirasi bagi masyarakat terutama pemerintah dalam restorasi gambut," tambahnya.

Kiki mengatakan, sekat kanal merupakan salah satu cara untuk melakukan restorasi gambut. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di COP 20, Paris, menyampaikan komitmen untuk menghentikan kebakaran hutan dan lahan gambut yang terus berulang setiap tahun.

"Sekat kanal bukan satu-satunya jawaban untuk membasahi gambut di area ini tetapi paling tidak langkah awal ini bisa direplikasi di wilayah lain. Terbukti sekat kanal yang dilakukan di Sungai Tohor tahun lalu membuat kawasan itu bebas dari kebakaran tahun ini," jelas Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Rusmadya Maharuddin Desa Paduran terletak di sebelah timur Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah. 

Di kawasan tersebut, kanal sekunder selebar lebih dari 10 meter membelah hamparan kaya karbon hutan gambut Taman Nasional Sebangau menjadi dua bagian. Greenpeace bersama CIMTROP Universitas Palangkaraya, Save Our Borneo dan masyarakat membangun sekat kanal yang menyerupai bendungan dari bahan-bahan 80 persen organik menggunakan kayu galam dan kayu belangiran. Sekat tersebut kemudian diisi dengan pasir dan tanah gambut serta ditanam pohon lokal.

"Sekat kanal ini lebarnya 27 meter dengan konstruksi berbentuk V supaya air tetap mengalir tetapi tidak deras," jelas Koordinator Lapangan Tim Kebakaran CIMTROP, Haga.

Ia menambahkan idealnya dalam satu hamparan, setiap jarak dua hingga tiga kilometer terdapat lima bendungan kanal.

"Setiap kenaikan 20 cm bisa membasahi 400-500 meter di kiri kanannya. Jadi makin banyak kanal yang dibangun, akan semakin luas gambut yang dibasahi," jelasnya.

Pada kesempatan yang berbeda, Kepala Greenpeace Indonesia Longgena Ginting mengatakan restorasi lahan gambut harus menjadi gerakan masif yang melibatkan banyak pihak untuk melindungi lahan gambut dan mencegah kebakaran hutan.

"Kalau ada upaya restorasi gambut bisa bangun sekat kanal, rehabilitasi, dan penanaman. Dari situ juga banyak tenaga kerja yang bisa diserap. Ini bisa dipakai untuk menggerakan roda ekonomi," tutur Longgena.

Pewarta: Monalisa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015