"Perlemakan hati dulu dianggap sesuatu yang biasa (ringan). Tetapi kini, data menunjukkan, kondisi ini bisa berkembang jadi sesuatu yang serius bila disertai peradangan. Bila disertai peradangan bisa menjadi sirosis (pengerasan hati) dan akhirnya bisa menjadi gagal hati atau kanker hati," ujar dokter dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi itu di Jakarta, Senin.
Lesmana mengatakan, perjalanan menjadi kanker umumnya 40-60 persen terjadi setelah 5-7 tahun terjadi peradangan. Kemudian, bila perlemakan hati juga disertai hepatitis B atau C dan sindrom metabolik seperti diabetes, hipertensi lalu maka perjalanan menuju gagal hati atau kanker hati menjadi lebih cepat.
Mereka yang mengalami perlemakan hati umumnya juga mengalami hipertensi, memiliki kadar gula yang tinggi dan indeks massa tubuhnya diatas 25 (BMI di atas 25). Hanya saja, menurut Lesmana, tidak ada gejala umum yang nampak saat lemak di hati seseorang sudah berlebihan. Penderita baru menyadari kondisinya saat menjalani medical check-up.
"Umumnya dengan ultrasound, kita bisa melihat ada tidaknya perlemakan di hati," tutur dia.
Dia menambahkan, pengobatan yang dianjurkan bagi mereka yang mengalami perlemakan hati aialah diet rendah lemak dan karbohidrat, serta melakukan olahraga teratur, yakni 30 menit per hari. Namun, bagi penderita yang juga mengalami sindroma metabolik, perlu diberikan terapi obat, pemeriksaan imaging berkala, MRI, untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya sirosis atau keganasan di hati.
"Perlemakan hati perlu diterapi sedini mungkin secara teratur untuk mencegah komplikasi seperti peradangan hati, sirosis hati, kegagalan hati dan kanker hati," pungkas Lesmana.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015