Kondisi itu bila disertai peradangan bisa berujung pada kanker hati dan gagal hati, ujar spesialis penyakit dalam, Prof. DR. dr. Laurentus A. Lesmana. "Orang gemuk kemungkinan mengalami fatty liver-nya (perlemakan hati) besar," kata dia di Jakarta, Senin.
Lebih lanjut, selain hepatitis B atau C, berlebihnya lemak di hati yang disertai peradangan bisa menjadi pemicu terjadinya gagal hati ataupun kanker hati. "Faktor risiko kanker hati antara lain, inveksi virus hepatitis B atau C yang menahun, peminum alkohol berat, obesitas, diabetes dan perlemakan hati," tutur dia.
Data dari rumah sakit Medistra pada 2013 lalu menyebutkan, dari sejumlah penderita kanker hati, 33 persen di antaranya tidak disebabkan hepatitis B maupun C, sehingga perlemakan hati bisa dicurigai sebagai penyebabnya.
Sementara itu, data dari rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menunjukkan, 34 persen pasien mengalami kanker hati bukan karena virus hepatitis B atau C.
Menurut Lesmana, modifikasi gaya hidup selalu menjadi dasar mengatasi perlemakan hati, seperti penurunan berat badan (hingga mencapai normal), konsumsi makanan sehat, dan peningkatakan aktivitas fisik.
"Pasien dianjurkan menghindari gaya hidup yang hanya duduk saja. Lakukanlah olahraga apa saja, yang penting 30 menit per hari, lalu yang kegemukan dikurangi berat badannya," kata dia.
Bagi mereka yang mengalami kegemukan perlu mengurangi kalori sebanyak 600 kkal setiap hari. Ia juga perlu menurunkan berat badannya 0,5-1 kg per minggu hingga mencapai berat normal.
"Kurangi makanan berlemak, banyak minum air putih. Kurangi konsumsi karbohidrat sederhana dan minuman manis. 72 persen perlemakan hati bisa dengan intervensi gaya hidup," kata Lesmana.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015