Urolog dari Southhampton General Hospital, Bhaskar Somani, mengatakan, risiko batu ginjal 50 persen lebih tinggi dialami penderita obesitas.
Batu ginjal muncul akibat sejumlah zat dalam urin seperti kalsium, oxalat dan terkadang asam uric terkristalisasi di ginjal.
Bila batu yang terbentuk dari proses ini berukuran relatif kecil, maka bisa dikeluarkan melalui urin dan penderita seringkali tak menyadarinya. Masalah baru terjadi jika batu berukuran lebih besar, karena bisa tersangkut di ginjal.
Kasus ini 10-20 persen dialami kaum adam dan 3-5 persen pada kaum hawa.
Ahli kesehatan mengingatkan terlalu banyak mengonsumsi protein, kurang serat, malas beraktitvas fisik, kurang hidrasi, merupakan faktor yang turut berkontribusi memunculkan batu ginjal.
"Kita tahu, diet dan gaya hidup (tak sehat) bisa menjadi penyebab utama batu ginjal. Dengan meningkatnya angka kelebihan berat badan, potensi jumlah kasus batu ginjal pun semakin besar," kata dia.
Selain itu, menurut hasil riset yang ia lakukan pada 6 studi yang melibatkan 219.255 orang partisipan, diketahui adanya hubungan antara sindrom metabolik--kondisi yang disebabkan kombinasi obesitas, diabetes, kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi-- dan perkembangan batu ginjal.
Somani menemukan, prevalensi batu ginjal tertinggi terjadi pada mereka yang setidaknya mengalami kombinasi obesitas, diabetes, kolesterol tinggi atau tekanan darah tinggi.
Dia menambahkan, untuk mencegah batu ginjal, sebaiknya minum air putih 2-3 liter per hari, agar tetap terhidrasi.
"Ini merupakan langkah kecil, namun terhidrasi memudahkan langkah kita untuk memulai perbaikan gaya hidup dan orang akan merasakan manfaatnya," kata dia seperti dilansir WebMD UK.
Penerjemah:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015