• Beranda
  • Berita
  • "Restorasi sosial Indonesia bertalian dengan pluralisme"

"Restorasi sosial Indonesia bertalian dengan pluralisme"

30 Desember 2015 21:43 WIB
"Restorasi sosial Indonesia bertalian dengan pluralisme"
Sejarawan JJ Rizal (ANTARA FOTO/Dodo Karundeng)

Pluralisme adalah suatu hal yang mulai memudar di negeri ini, itulah mengapa restorasi sosial menjadi penting,"

Jakarta (ANTARA News) - Sejarawan JJ Rizal mengatakan kebijakan restorasi sosial yang digalakkan Kementerian Sosial bertalian langsung dengan konsep kebhinekaan dan pluralisme.

Sebab, menurut Rizal, restorasi berarti menemukan kembali nilai-nilai yang sudah memudar, di mana salah satunya adalah konsep kemajemukan.

"Pluralisme adalah suatu hal yang mulai memudar di negeri ini, itulah mengapa restorasi sosial menjadi penting," kata Rizal dalam Sarasehan Kepahlawanaan dan Kesetiakawanan Sosial di Wisma Antara, Jakarta, Rabu.

Indonesia, lanjut dia, sejatinya merupakan negara yang menjunjung tinggi dan hidup dalam pluralisme sejak dahulu kala. Sebab, Indonesia sebagai negara laut lazim didatangi orang-orang dari negara-negara lain, tempat pertemuan berbagai budaya, agama dan ras.

Untuk merestorasi kembali pluralisme, Rizal menyarankan rakyat melihat kembali perjuangan para pahlawan yang nama-namanya sudah tercatat di Kementerian Sosial.

"Pluralisme tergambar dari sikap dan tindakan para pahlawan bangsa," tutur penerima Anugerah Budaya Gubernur DKI Jakarta tahun 2009 tersebut.

Kementerian Sosial memang sedang menggalakkan kebijakan restorasi sosial untuk memperkuat solidaritas, kesetiakawanan sosial, sekaligus mencegah masuknya paham transnasional yang antiPancasila.

Restorasi sosial, menurut Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, juga berarti menjunjung sikap kesetaraan di tengah rakyat. Ini juga merupakan program kesembilan dalam Nawa Cita Presiden Joko Widodo - Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Adapun poin tersebut adalah, "Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga".

Pancasila, kata Mensos, memegang peranan penting dalam berjalannya kebijakan ini.

"Kementerian Sosial mengambil beberapa nilai dari Pancasila untuk diterapkan di masyarakat, terutama sifat egaliter (paham bahwa setiap manusia adalah sederajat), mengajak rakyat untuk saling menegur sapa, yang kaya menyapa yang miskin, yang terdidik menyapa yang tidak terdidik, yang di kota menyapa yang di desa. Dengan begitu, kita akan merasakan bahwa kita semua adalah satu," tutur Khofifah.

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015