Jakarta (ANTARA News) - Pucuk Pimpinan Manajemen (CEO) Gikoko Kogyo Indonesia, Joseph Wu Chao Wang, mengatakan pemerintah wajib melakukan sosialisasi tentang kesehatan publik dan lingkungan yang diakibatkan oleh proses pengolahan sampah menggunakan insinerator.Sebelum menggunakan teknologi itu, sebaiknya pemerintah melakukan kajian risiko kesehatan terlebih dahulu dan menginformasikan kepada masyarakat luas,"
"Sebelum menggunakan teknologi itu, sebaiknya pemerintah melakukan kajian risiko kesehatan terlebih dahulu dan menginformasikan kepada masyarakat luas," kata Joseph di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut, dikatakannya dalam Diskusi Panel dan Media Gathering "Teknologi Sampah Jepang Siap Menyulap Indonesia" yang digagas oleh Alliance of Low Carbon Business (ALBI) dan Gikoko Kogyo Indonesia dengan dukungan Kedubes Amerika Serikat dan Kedubes Inggris.
Menurut Joseph, apabila pemerintah tetap memilih untuk menggunakan teknologi insinerator, maka pemerintah wajib menyediakan anggaran kesehatan lebih untuk masyarakat yang beresiko tinggi terkena dampaknya, baik secara preventif maupun kuratif.
Ia menambahkan pengolahan sampah memang menjadi pekerjaan rumah bagi siapa saja, baik pemerintah, masyarakat sendiri, LSM, pihak swasta serta warga masyarakat sendiri.
Namun, kata dia, sebagai pembuat kebijakan sudah semestinya pemerintah dengan masukan dari berbagai pihak menerapkan cara yang aman untuk digunakan.
"Tidak hanya berpihak atau hanya mempertimbangkan pendapat satu golongan saja. Sebaiknya memilih menggunakan teknologi yang benar-benar ramah lingkungan sehingga mampu meminimalisir resiko yang merugikan masyarakat," ucap Joseph.
Insinerasi sendiri pada dasarnya adalah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik.
Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016