"Judul ini sudah lama saya cita-citakan, baru akhirnya ada kesempatan pakai nama itu. Awal berkarya itu didorong oleh roso yang keluar dari kalbu. Kalau kita menggali pada diri kita sendiri itu ada hal-hal yang bisa diekspresikan, dorongan dari roso," kata Srihadi, di Jakarta, Rabu.
Menurut Srihadi, karya-karyanya hingga dapat dipamerkan merupakan hasil dari kontemplasi. Bentangan garis yang tergores di atas kertas-kertas maupun kanvas Srihadi lahir dari proses pengamatan dan pengendapan rasa yang cukup lama hingga menjadi simbol dialog transenden antara ide artistik, rasa, dan energi dalam tubuhnya.
"Karya seni merupakan hasil simbolik dari estetika yang dicampur dengan kebeneran yang kita lihat, kebeneran mendorong pemikiran kita. Ini sebuah transenden pada kejiwaan. Dalam karya-karya saya nanti akan terlihat pemilihan-pemilihan dalam menghadapi objek dalam kehidupan," tutur ayah dari tiga anak itu.
"70 Tahun rentang Kembara Roso" menandai tujuh puluh tahun proses kreatif Srihadu sebagai pelukis besar di usianya yang ke 84 tahun, yang ditandai sejak masa revolusi kemerdekaan RI (1946-1949) ketika ia masih berusia 14 tahun sebagai Tentara Pelajar di Surakarta hingga akhirnya menjadi maestro seni lukis Indonesia.
Lebih dari 400 karya Srihadi dari tahun 1946-2015 di atas media kertas menjadi karya periode penting dalam pameran nanti, meliputi poster-poster perjuangan di era revolusi kemerdekaan RI, cat air, drawing, sketsa, dan lukisan pastel. Selain itu terdapat tujuh lukisan dengan tema penari Bedoyo, Borobudur, pemandangan ritual masyarakat petani, dan penari Bali.
"Saya melihat tumpukan kertas-kertas lukisan saya, akhirnya saya mendapat ide kenapa tidak dipamerkan untuk memperlihatkan pengalaman. Ternyata, tumpukan kertas itu cukup untuk pameran," jelas Srihadi yang juga akademisi dengan gelar profesor itu.
Ia mengungkapkan bahwa pameran tunggal kali ini memang paling banyak menyajikan karya dengan material kertas yang menurutnya dapat menjadi sarana edukasi bagi publik bahwa karya seni rupa dengan material kertas juga sangat penting dan membantah wacana sempit bahwa karya seni rupa itu hanya cat di atas kanvas saja.
Rikrik Kusmara selaku kurator mengungkapkan bahwa pameran "70 Tahun Rentang Kembara Roso" menampilkan sisi lain yang tidak banyak diketahui dari sosok Srihadi.
"Yang menarik dari pameran ini, kita bisa melihat sisi lain yang belum banyak diketahui tentang Srihadi. Selama ini orang kebanyakan hanya tahu karyanya lewat lukisan dari kanvas," ujar pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB itu.
"Ini adalah energi lain dari Srihadi yang belum pernah disampaikan kepada publik. Rentang Kembara Roso merupakan perjalanan dengan media kertas yang terarsipkan sejak 1946, sehingga unik. Setelah me-review perjalanan pak Srihadi, saya menemukan karya yang dahsyat dan sakti. Melihat karyanya menggetarkan sekali. Saya memahami makna sebuah maestro dari beliau," tambah Rikrik.
Sementara itu, panitia pameran Marthen Slamet mengatakan bahwa pameran yang disiapkan selama enam bulan itu dianggap sebagai pameran seni rupa pertama di Indonesia dimana seorang pelukis menampilkan ratusan-ratusan karya medium kertas.
Pewarta: Monalisa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016