• Beranda
  • Berita
  • Bentengi anak dari radikalisme dengan bangun komunikasi hangat

Bentengi anak dari radikalisme dengan bangun komunikasi hangat

15 Januari 2016 21:39 WIB
Bentengi anak dari radikalisme dengan bangun komunikasi hangat
Komisioner sekaligua Kepala Divisi Sosialisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Erlinda, saat ditemui di kawasan Sarinah, Jakarta, Jumat (15/1/2016). (ANTARA News/Gilang Galiartha)
Jakarta (ANTARA News) - Peristiwa rangkaian ledakan di kawasan Sarinah, Jl. MH Thamrin, Jakarta, pada Kamis (14/1), menyisakan keprihatinan tersendiri terhadap derasnya persebaran paham radikalisme yang setiap saat mengancam anak-anak remaja di Indonesia.

Oleh karena itu, Komisioner sekaligus Kepala Divisi Sosialisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda berbagi pandangannya mengenai cara membentengi anak-anak agar tidak terjangkit paham-paham radikal.

"Pada dasarnya adalah pola komunikasi antara orang tua dengan anak harus dibangun dengan hangat, karena perekrutan paham radikal ataupun aliran sesat, menyasar kepada anak-anak remaja, kepada adik-adik yang memang masih sangat polos," kata Erlinda saat ditemui di kawasan Sarinah, Jakarta, Jumat malam.

Ia menambahkan, "kelompok-kelompok penyebar radikalisme itu menjejalkan pemahaman dengan mengusung sesuatu yang memang eksis dan aktual, karena remaja identik dengan hal-hal seperti itu,".

Setelah membangun komunikasi yang hangat, lanjut Erlinda, orang tua bisa memulai memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai bahaya radikalisme.

"Kita harus mengatakan kepada anak-anak bahwa hal yang terjadi kemarin itu memang suatu dinamika kehidupan negara berdaulat itu seringkali mendapat ancaman dari orang-orang yang tidak menginginkan negara itu aman dan damai," ujarnya.

Menurut Erlinda, orang tua harus membangun pemahaman bahwa anak-anak tidak perlu takut karena hal seperti itu harus dilewati.

Erlinda menekankan seluruh masyarakat bertanggung jawab menyikapi peristiwa teror dan harus bersama-sama bangkit.

"Kita harus tahu bahwa para penganut radikalisme di luaran sana telah dan akan terus mengincar perekrutan lebih lanjut karena mereka menginginkan sesuatu ketauhidan yang memang sudah salah sejak dalam pemahaman," tutur Erlinda.

"Yang bahaya itu ketika anak tidak mau berkomunikasi. Karenanya penting untuk membentengi anak dengan cara mengajarkan mau berterus terang, menjalin komunikasi, berani mengatakan tidak kepada orang asing dan bukannya mengatakan tidak kepada orang tua yang mencoba memberikan pemahaman lebih baik," pungkas Erlinda.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016