• Beranda
  • Berita
  • Salah kaprah jika turunkan demam dengan kompres di jidat

Salah kaprah jika turunkan demam dengan kompres di jidat

20 Januari 2016 20:57 WIB
Salah kaprah jika turunkan demam dengan kompres di jidat
Sejumlah pasien anak penderita DBD dirawat di ruang IRD anak Rumah Sakit Umum Daerah Aloe Saboe Selasa (19/1). (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin)
Jakarta (ANTARA News) - Usaha menurunkan demam dengan kompres air hangat di jidat adalah hal keliru.

"Orang tua seringkali salah memahami bahwa mengompres itu di bagian jidat anak yang demam. Yang dikompres sebenarnya daerah lipatan, seperti ketiak dan pangkal paha. Kalau di jidat, tentu terhalang oleh tengkorak kepala," kata dokter spesialisasi Kedokteran Anak Dr. Mulya Rahma Karyanti saat dihubungi Antara di Jakarta, Rabu.

Karyanti mengemukakan hal tersebut untuk menjawab pertanyaan mengenai pertolongan pertama pada anak yang demam secara tiba-tiba dan diduga terkena demam berdarah dengue (DBD).

Dia menjelaskan prinsip obat pada anak penderita DBD adalah dengan memberinya banyak cairan agar tidak dehidrasi. Jika anak sulit untuk diberi asupan minum, cara terakhir adalah dengan memberi infus.

"Jika anak demam mendadak dengan suhu yang tinggi, berikan saja minum air putih sesering mungkin agar tidak dehidrasi. Bisa juga dengan memberi minuman bernutrisi seperti jus," kata Karyanti yang juga Ketua Divisi Infeksi Departemen Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Selain air putih dan jus, cairan elektrolit, seperti susu dengan nutrisi yang lengkap juga dapat diberikan pada anak berusia 7-12 tahun.

Untuk pemberian obat, Karyanti menyarankan obat penurun panas yang berkomposisi paracetamol dapat diberikan selama empat jam sekali.

Karyanti menjelaskan prinsip obat pada anak penderita DBD adalah dengan memberinya banyak cairan agar tidak dehidrasi. Jika anak sulit untuk diberi asupan minum, cara terakhir adalah dengan memberi infus.

Berdasarkan data WHO, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi dengan beban ekonomi mencapai 300 juta dolar AS per tahun.

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016