"Kami akan mencabut subsidi dan akan menaikkan harga bensin, listrik dan air serta mengurangi subsidi untuk layanan lainnya," kata Emir seperti dikutip surat kabar Kuwait, Al-Rai.
Namun demikian, Emir tidak memberikan kerangka waktu penerapan kebijakan itu.
Kuwait adalah satu-satunya anggota dari enam negara Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) yang belum menaikkan harga bensin dan listrik setelah pendapatan dari minyak merosot.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Oman dan Bahrain telah menaikkan atau meliberalisasi harga bahan bakar dan listrik, menghemat miliaran dolar.
Seperti dilansir kantor berita AFP, tahun lalu Kuwait meliberalisasi harga solar dan minyak tanah.
Pemerintah telah mengalokasikan sekitar tujuh miliar dolar AS (6,4 miliar euro) dalam anggaran 2015/2016 untuk subsidi bahan bakar dan listrik. Jumlah yang sama diperuntukkan untuk bentuk lain subsidi dan bantuan sosial.
Negara Teluk itu telah mencatat surplus anggaran di masing-masing 16 tahun terakhir, mengumpulkan cadangan fiskal lebih dari 600 miliar dolar AS. Tapi Kuwait memproyeksikan defisit 23 miliar dolar AS pada tahun fiskal ini, yang berakhir 31 Maret.
Harga minyak, yang menyumbang sekitar 94 persen dari pendapatan Kuwait, telah kehilangan tiga perempat dari nilainya sejak pertengahan 2014. Harga minyak Kuwait telah merosot menjadi hanya 19 dolar AS per barel.
Emirat berpenduduk asli 1,3 juta dan juga rumah bagi sekitar 2,9 juta orang asing. (Uu.A026)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016