"Hadirnya pusat sajian sehat ini dapat mendorong sentra kuliner lainnya ikut menerapkan standar kebersihan baik dari bahan makanan dan penyajian, agar masyarakat mendapatkan jajanan yang baik untuk kesehatan," kata Wakil Wali Kota Bogor, Usmar Hariman.
Gang Selot merupakan satu dari empat pusat sajian yang terdapat di Kota Bogor dan telah terbentuk sejak 1974, atau selama SMP dan SMA Negeri 1 berdiri. Tempat tersebut sudah dijadikan kawasan berdagang para pedagang kaki lima.
Kepala Dinas Kesehatan, Rubaeah, mengatakan, pusat sajian ini program Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan instansi lain. Standar kebersihan, kesehatan, dan lingkungan dipenuhi.
"Ada dua pusat sajian sehat di Kota Bogor yakni di Gang Selot dan di Jalan Bina Marga, tetapi yang baru siap dilaksanakan baru di Gang Selot," katanya.
"Para penyaji juga harus menggunakan standar penyajian yang higienis seperti menggunakan celemek, masker, sarung tangan dan penutup kepala agar rambut tidak terurai," katanya.
Pusat sajian ini juga menunjang wisata sajian di Kota Bogor.
Tatang Sunarya, petugas pelaksana dari Dinas Koperasi dan UMKM mengatakan, terdapat 35 pedagang di sentra kuliner sehat Gang Selot yang mendapat pembinaan dari Dinas Kesehatan serta Dinas Koperasi dan UMKM.
"Gang Selot unik, karena sudah dijalankan turun-temurun sejak SMP dan SMA 1 berdiri sekitar 1974. Pedagang juga sudah tergabung dalam koperasi yang memudahkan koordinasi," katanya.
Wali Kota Bogor, Bima Arya, yang juga menyempatkan hadir mengatakan, Gang Selot itu empat makanan favoritnya sejak SD, SMP hingga SMA. Hampir semua jenis makanan yang dijual sudah dicicipinya. "Uniknya rasanya sejak dulu tidak pernah berubah," katanya.
Melihat penataan PKL di Gang Selot kini berubah menjadi Sentra Kuliner Sehat Kota Bogor, menurut Bima sebagai perbaikan ke arah positif.
Mengingat kondisi dahulu PKL Gang Selot yang berjualan di atas selokan (drainase) yang kadang meluap ketika hujan turun.
"Sekarang sudah tertata rapi dan cantik. Dengan standar kesehatan yang terjamin, makanan yang disajikan sehat," katanya.
Bima sempat bernostalgia dengan kenangan saat bersekolah. Dia sering makan di Gang Selot, mulai dari Tahu Salawi, Molen, Es Kelapa si baba, doclang, baso telur, batagor dan mi ayam.
"Zaman saya sekolah dulu harga mie ayam Rp300 per porsi. Saya diberi jajan oleh orang tua Rp600 per minggu, kalau dibawa makan dua mangkok mi ayam, bisa habis jajan seminggu," katanya.
Kehadiran Bima Arya disambut antusias para pedagang di Gang Selot, salah satunya Nini Roheni (73) yang sejak tahun 1974 berjualan es kelapa. Ia ingat persis ketika Bima masih kecil suka berbelanja di Gang Selot.
"Saya teh, tidak menyangka dia jadi wali kota. Dulu sering makan disini (Gang Selot)," kata Nini yang kini usahanya sudah diteruskan oleh sang anak.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016