Produk makanan Indonesia memang sudah ada yang diekspor ke Jepang, tapi masih sedikit sekali, karena sulit,"
Jakarta (ANTARA News) – Pemerintah menginginkan produk makanan asal Indonesia mampu menembus pasar Jepang melalui perundingan Perundingan kerjasama pengembangan industri (Manufacturing Industrial Development Center/MIDEC).
"Produk makanan Indonesia memang sudah ada yang diekspor ke Jepang, tapi masih sedikit sekali, karena sulit," kata Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono kepada Antaranews di Jakarta, Senin.
Untuk itu, melalui MIDEC Sigit meminta agar Jepang memberikan pelatihan pengolahan makanan dan minuman industri dalam negeri hingga pada tahap pengemasan agar bisa menembus pasar Jepang.
Sigit menyampaikan, Jepang memang sangat ketat dengan peredaran produk-produk makanan yang akan dikonsumsi masyarakatnya.
Pemerintah Jepang, lanjut Sigit, sangat memperhatikan komposisi bahan yang terkandung dalam makanan, proses hingga bagaimana makanan tersebut dibungkus.
Sigit meminta Jepang melakukan penguatan kapasitas (capacity building) kepada industri makanan dan minuman di dalam negeri, berikut teknologi yang digunakan untuk menunjang kualitas produk makanan tersebut.
Diketahui, produk-produk Indonesia kerap sulit masuk ke Jepang, meskipun Jepang telah memberikan fasilitas bea masuk nol persen untuk produk Indonesia melalui kesepakatan Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).
Jepang menerapkan rintangan non tarif atau "non tariff barrier", yang membuat produk Indonesia sulit masuk ke Jepang, seperti standar kandungan kimia dan isu lingkungan.
Padahal, lanjut Sigit, Jepang memperoleh lebih banyak keuntungan dari kesepakatan IJEPA, hingga neraca perdagangan antara Indonesia-Jepang defisit sejak kesepakatan tersebut berlaku.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016