Palu, Sulawesi Tengah (ANTARA News) - Tiga organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah menjadi musuh besar oleh aliran atau gerakan radikal berbasis agama.... sangat berbahaya, karena dapat mempengaruhi masyarakat dari kepercayaan yang telah ada. Tidak bisa gerakan radikal dibiarkan berkembang...
"Ada upaya menghancurkan tiga organisasi ini oleh mereka yang menganut gerakan radikal," ungkap Ketua Komisi Fatwa Hukum dan Perundang-undangan MUI Kota Palu, Sulawesi Tengah, Hilal Malarangan, di Palu, Kamis.
Pakar hukum Islam IAIN Palu itu mengatakan, tiga organisasi Islam itu sangat tidak disukai penganut radikalisme berbasis agama tertentu.
Oleh karena itu, kata dia, berbagai upaya dilakukan penganut gerakan radikal untuk menghalangi dakwah tiga organisasi Islam itu di masyarakat.
Salah satu upaya penganut radikalisme itu dengan mengajak masyarakat tidak mempercayai atau meyakini ajaran Islam yang disebarluaskan tiga organisasi tersebut.
Menurut dia, bagi penganut radikalisme berbasis agama, ajaran agama Islam yang ditumbuhkembangkan ketiga organisasi Islam di Tanah Air itu salah. Islam sejatinya membawa kedamaian, kebaikan, dan persaudaraan.
"Ini sangat berbahaya, karena dapat mempengaruhi masyarakat dari kepercayaan yang telah ada. Tidak bisa gerakan radikal dibiarkan berkembang," katanya.
Dia mengingatkan kepada masyarakat menolak ajakan atas nama agama yang tidak diketahui dan dikenali masyarakat, yang muncul dari oknum tertentu.
Bahkan dia menghimbau, jika terdapat ajakan dari aliran atau ormas yang mengatasnamakan agama, maka masyarakat harus segera bertanya kepada tiga organisasi massa Isilam itu, untuk menghindari gerakan radikal masuk.
Dia mengingatkan kepada masyarakat menolak ajakan atas nama agama yang tidak diketahui dan dikenali masyarakat, yang muncul dari oknum tertentu.
Bahkan dia menghimbau, jika terdapat ajakan dari aliran atau ormas yang mengatasnamakan agama, maka masyarakat harus segera bertanya kepada tiga organisasi massa Isilam itu, untuk menghindari gerakan radikal masuk.
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016