"Kewalahan tidak, ekstra tenaga iya, perawat kita lemburkan, maksimal penambahan tiga jam," kata Kasubag Hukum dan Humas RSUD Kota Bogor, Okto Muhammad Ikhsan, saat ditemui, Jumat.
Ia mengatakan, jumlah pasien DBD membludak sejak pertangahan Januari, tercatat mulai dari awal Januari hingga 3 Februari jumlah pasien yang dirawat di RSUD Kota Bogor sebanyak 216 orang terdiri dari 176 pasien dewasa dan 40 pasien anak.
"Ada penambahan shift perawat jadi enam orang, satu hari ada tiga shift, dengan format pagi tujuh perawatan, siang empat malam lima perawat. Kalau hari-hari normal, pagi lima perawat, siang empat dan malam tiga orang," katanya.
Hingga Kamis kemarin jumlah pasien DBD yang masih menjalani perawatan di RSUD Kota Bogor sebanyak 66 orang. Mereka terpencar di ruang-ruang perawatan mulai dari kelas dua, tiga dan kelas satu.
Membludaknya pasien DBD membuat manajemen RSUD Kota Bogor untuk memaksimalkan ruangan yang tersedia, salah satunya memanfaatkan ruang VIP untuk merawat pasien yang tidak tertampung di ruang kelas tiga.
"Total jumlah tempat tidur di RSUD sebanyak 207 tempat tidur, ada penambahan kasur lipat dari TNI jadi kapasitas bertambah menjadi 249 tempat tidur. Posisi saat ini sudah penuh," katanya.
Okto menambahkan, penggunaan ruang VIP untuk menampung pasien DBD yang terus bertambah. Terdapat tiga ruangan yang digunakan untuk pasien DBD, satu kamar diisi enam sampai empat tempat tidur.
"RSUD tidak boleh menolak pasien, kita sampaikan kondisi kamar sudah penuh, mereka yang datang kita berikan arahan tentang kondisi saat ini, dan mereka bersedia dirawat di ruang tambahan (VIP)," katanya.
Pemerintah Kota Bogor, belum menetapkan status kejadian luar biasa DBD, karena jumlah kasus tahun ini belum setinggi kejadian di tahun 2015 lalu. Sepanjang 2016 ini, jumlah pasien DBD yang meninggal dua orang. Namun, pemerintah tetap melakukan upaya antisipasi dengan memberikan imbauan kepada masyarakat agar menjaga kesehatan diri dan lingkungannya.
Kepala Bidang Pengendalian Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan Kota Bogor, Eddy Dharma mengatakan mencegah DBD dapat dilakukan dengan mengurangi penyebaran nyamuk sebagai vektor utama penyebaran virus DBD.
"Caranya sederhana dengan tidak menyediakan wadah yang menjadi sarang nyamuk untuk bertelur, seperti tumpukan barang bekas yang dapat menampung air, supaya dibuang atau dikubur," katanya.
Langkah lainnya, lanjutnya dengan menerapkan metode 3M yakni menguras, menimbun dan menutup tempat penampungan air yang menjadi tempat nyamuk bersarang.
"3M tidak cukup, perlu dilakukan abatesasi, dengan membersihkan terlebih dahulu air yang ada di bak penampungan air, mengurasnya dan menyikatnya setiap seminggu sekali," katanya.
Eddy menambahkan, langkah fogging akan dilakukan apabila sudah ada laporan kasus pasien suspect DBD. Akan dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE) terlebih dahulu.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016