“Melalui pemanfaatan fasilitas R & D serta teknologi, diharapkan industri pelumas mampu menciptakan produk-produk pelumas yang hemat energi dan berdaya saing tinggi,” kata Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kemenperin Harjanto melalui siaran pers di Jakarta, Rabu.
Harjanto menyampaikan hal tersebut saat mewakili Menperin Saleh Husin pada acara Shell Technology Conference 2016 dengan tema "Performing in a Challenging Economy through Technology Leadership".
Kemenperin mengapresiasi inisiatif Shell Lubricants Indonesia yang menyelenggarakan forum dialog sebagai ajang berbagi informasi mengenai kemajuan teknologi terkini untuk menghadapi tantangan energi masa depan.
Menurut Harjanto, energi sebagai salah satu instrumen penggerak utama dalam peningkatan daya saing industri, selain bahan baku.
”Permasalahan energi belakangan ini memang menjadi fokus perhatian pemerintah dalam pembenahan daya saing industri nasional,” tegasnya. Hal itu terlihat dari paket kebijakan ekonomi jilid III yang dikeluarkan pemerintah pada Oktober 2015 untuk memberikan angin segar bagi pelaku industri dalam negeri.
Misalnya, terkait dengan penetapan harga gas industri yang disesuaikan kemampuan daya beli serta adanya insentif dengan memberikan diskon harga pemakaian listrik tengah malam. ”Kebijakan tersebut diharapkan membantu industri dalam mengurangi beban struktur biaya energi,” tuturnya.
Di samping itu, pada PP Nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang disusun sebagai pedoman pengelolaan energi guna mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi.
”Tentunya kebijakan-kebijakan terkait energi tersebut mampu memberikan gairah baru dalam dunia industri dan investasi, termasuk industri pelumas,” ujarnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016