Jakarta (ANTARA News) - Perum Produksi Film Negara (PFN) menginginkan agar serial animasi "Petualangan Si Unyil" berformat 3D ini dapat ditayangkan di televisi nasional agar bisa dinikmati secara luas oleh penonton seluruh Indonesia.Sementara ini salah satu episode akan tayang di TV kabel. Namun, kami inginnya tetap di TV nasional agar episode pembuka bisa ditayangkan secara luas,"
"Sementara ini salah satu episode akan tayang di TV kabel. Namun, kami inginnya tetap di TV nasional agar episode pembuka bisa ditayangkan secara luas," kata Direktur Utama PFN Shelvy Arifin pada konferensi pers "Petualangan Si Unyil" di Gedung Kementerian BUMN Jakarta, Rabu.
Shelvy mengatakan bahwa PFN sedang menjajaki kerja sama dengan beberapa stasiun televisi nasional dan menunggu tercapainya ada kesepakatan mengingat sudah ada beberapa TV yang tertarik menayangkan.
Kisah boneka Unyil dan kawan-kawan yang telah menghiasi layar kaca sejak 1980-an dengan jumlah 600 episode ini dihidupkan kembali dengan serial animasi berformat 3D agar lebih mudah diterima oleh generasi anak-anak kini.
Dengan sasaran penonton anak-anak usia 3 sampai dengan 6 tahun, "Petualangan Si Unyil" yang bercerita tentang persahabatan dan keriangan dunia anak-anak ini diharapkan menjadi peran panutan anak Indonesia untuk mencintai negerinya.
"Usia 3 sampai dengan 6 tahun adalah masa keemasan anak. Mereka bisa ditanamkan tentang nilai-nilai kehidupan dan diharapkan kisah-kisah Unyil bisa menjadi alat menanamkan rasa ke-Indonesiaan untuk anak-anak," kata Shelvy.
Para orang tua yang dahulu tumbuh bersama kisah Unyil juga menjadi target penonton sebagai obat kerinduan dan tentunya menjadi jembatan untuk mengenalkan kisah kehidupan sehari-hari Unyil di Desa Sukamaju kepada anak mereka.
Untuk musim pertama, PFN memproduksi 13 episode dengan durasi 22 menit per episode dan terdiri dari dua cerita dalam episode.
"Kami berencana produksi sampai season tiga. Satu episode ditargetkan tayang dalam waku setahun. Dalam waktu 3 tahun, kami berencana membuat versi layar lebarnya," kata Shelvy.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016