Gerakan sosial perlu dibentuk hapus "LGBT"

23 Februari 2016 19:04 WIB
Gerakan sosial perlu dibentuk hapus "LGBT"
Ilustrasi - Spanduk berisi penolakan kepada kelompok Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Gerakan sosial dinilai ampuh untuk menekan LGBT jika seluruh pihak mulai dari keluarga, rumah tangga, organisasi masyarakat, pemerintah, Muhammadiyah dan NU bersinergi menentangnya,"

Pekanbaru (ANTARA News) - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim, Riau, Prof Dr Munzir Hitami mengatakan gerakan sosial perlu dibentuk untuk menghapus prilaku "lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), yang meresahkan kalangan orang tua itu.

"Gerakan sosial dinilai ampuh untuk menekan LGBT jika seluruh pihak mulai dari keluarga, rumah tangga, organisasi masyarakat, pemerintah, Muhammadiyah dan NU bersinergi menentangnya," kata Munzir Hitami, di sela sidang senat terbuka dalam rangka yudisium ke-35 bagi 81 wisudawan dari fakultas dakwah dan komunikasi UIN Sultan Syarif Kasim Riau, di Pekanbaru, Selasa.

Tanggapan tersebut diberikan terkait maraknya prilaku LGBT, dan istilah LGBT digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay", karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Akronim ini muncul dengan tujuan untuk menekankan keanekaragaman "budaya yang berdasarkan identitas seksualitas dan gender".

Menurut Munzir Hitami, LGBT merupakan budaya alam liberal yang mempengaruhi dan berkembang di Indonesia kendati ini sangat tabu karena bukan budaya Indonesia.

Merebaknya prilaku LGBT, katanya, lebih akibat makin terbukanya informasi yang berkembang yang sangat liberal itusementara media justru mengeksposnya secara besar-besaran.

"Positifnya memang akibat kemajauan tekhnologi dan informasi semua orang bisa menjadi tahu namun telah menimbulkan keresahan dan berdampak terjadinya kehancuran moral di kalangan generasi muda,"katanya.

Kekhawatiran terhadap berkembangnya LGBT juga sama dengan narkoba dan kriminalitas yang makin meningkat yang mengancam keselamatan generasi muda.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah gerakan sosial dimulai dari rumah tangga, semua lapisan masyarakat, lembaga informal NU, Muhammadiyah untuk membasmi prilaku tersebut.

Selain itu, pada wisudawan juga diharapkan meningkatkan perannya menjadi pendamping masyarakat, pelopor pembangunan dan senantiasa memberikan dakwah untuk menuju kebaikan.

Sarjana yang diwisuda sebanyak 81 orang itu berasal dari fakultas dakwah dan komunikasi dengan jurusan bimbingan konseling Islam sebanyak 17 orang, jurusan komunikasi sebanyak 42 orang, jurusan masyarakat dakwah sebanyak 14 orang, dan jurusan pengembangan masyarakat Islam sebanyak delapan orang.

Pewarta: Frislidia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016