Pemerintahan pimpinan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, dan perusahaan utilitas telah mendorong mengaktifkan reaktor agar dapat beroperasi kembali hampir lima tahun setelah gempa besar dan tsunami yang menyebabkan krisis bencana di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, di Jepang timurlaut.
Kecelakaan itu memaksa semua puluhan reaktor Jepang dinonfungsikan selama dua tahun dalam menghadapi kekhawatiran publik atas keamanan teknologi nuklir dan kekhawatiran tentang paparan radiasi.
Tapi Abe, yang kembali berkuasa hampir dua tahun setelah bencana pada 2011, telah mendorong pengaktifan kembali tenaga nuklir sebagai bagian penting dari kebijakan energi negara.
Kansai Electric Power kembali beroperasi dengan reaktor nomor 4-nya di pembangkit nuklir Takahama, yang terletak 380 kilometer (236 mil) di bagian barat Tokyo, kata perusahaan yang bermarkas di Osaka dalam situsnya.
Awal bulan ini, operator terpaksa menunda bagian dari proses persiapan setelah sekitar 34 liter (8,8 galon) air pendingin yang mengandung zat radioaktif keluar dari reaktor yang bocor.
"Tapi kami lanjut bekerja untuk mengoperasikan kembali (reaktor) seperti yang kami simpulkan bahwa baut belum diperketat secara benar," kata juru bicara perusahaan.
Bulan lalu, reaktor lain di pembangkit nuklir Takahama, Kansai Electric Power dioperasikan, di tengah penentangan keras dari penduduk setempat.
Pengadilan Daerah Fukui di kawasan itu pada Desember membatalkan perintah untuk mencegah mengoperasikan kembali dua reaktor yang perkaranya telah dimenangkan oleh warga, yang berpendapat reaktor itu tidak terbukti aman meskipun ada lampu hijau dari Otoritas Regulasi Nuklir nasional.
Dua reaktor di prefektur selatan, Kagoshima, yang dioperasikan Kyushu Electric Power, diaktifkan kembali pada Agustus dan Oktober tahun lalu, mengakhiri dua tahun kekosongan di pembangkit listrik tenaga nuklir.
Meskipun ada jaminan resmi, banyak orang Jepang tetap waspada dan ribuan mantan warga setempat menolak kembali ke wilayah yang terkena krisis Fukushima karena khawatir paparan radiasi.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016