"Itu terlihat pada proyeksi pertumbuhan produksi rokok yang tercantum dalam peta jalan yang diterbitkan Kementerian Perindustrian," kata Emil dalam Seminar "Rokok Ancaman Generasi Emas 2045" di Jakarta, Rabu.
Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Jakarta itu mengatakan produksi rokok diproyeksikan 421,1 miliar batang pada 2016 dan 524,2 miliar batang pada 2020.
Dari total produksi rokok yang diproyeksikan tersebut, paling banyak peningkatannya adalah sigaret kretek mesin "mild" yaitu dari 121,3 miliar batang pada 2016 menjadi 306,2 miliar batang pada 2020.
Angka peningkatan jenis rokok tersebut jauh bila dibandingkan rokok jenis lainnya seperti sigaret kretek tangan (77,1 miliar menjadi 77,5 miliar), sigaret kretek mesin reguler (122,6 miliar menjadi 147,3 miliar) dan sigaret putih mesin (23,2 miliar menjadi 27,7 miliar).
"Sigaret kretek mesin mild lebih disukai anak-anak muda daripada rokok jenis lainnya. Jelas mereka menyasar anak-anak muda. Mengapa Kementerian Perindustrian membiarkan? Apakah ingin membunuh generasi muda?" tanyanya.
Emil menjadi pembicara kunci dalam Seminar "Rokok Ancaman Generasi Emas 2045" yang diadakan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau.
Selain Emil, pembicara lainnya adalah Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof dr HI Oetama Marsis, Ketua Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IAKMI) dr Kartono Mohamad, Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau IAKMI dr Widyastuti Soerojo dan Wakil Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia Abdillah Ahsan.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016