"Saat ini, angka bebas jentik di Yogyakarta terus menurun dan pada Januari tercatat sekitar 79,5 persen. Artinya, kawasan yang memiliki jentik nyamuk semakin banyak," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Fita Yulia Kisworini di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, keberadaan jentik nyamuk sangat berhubungan erat dengan maraknya kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Yogyakarta yang kini menduduki peringkat tertinggi di DIY.
Hingga saat ini, sudah ada sekitar 160 lebih kasus DBD di Kota Yogyakarta dengan tiga kematian.
Oleh karena itu, Fita meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan demam berdarah dengan menggiatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan masing-masing.
"Setiap orang bisa menjadi juru pemantau jentik di rumahnya masing-masing. Ini akan lebih efektif untuk meningkatkan angka bebas jentik di Yogyakarta," katanya.
Selama ini, lanjut Fita, banyak masyarakat yang meminta Dinas Kesehatan untuk melakukan pengasapan fogging guna mengantisipasi penularan demam berdarah.
"Banyak yang meminta fogging. Tetapi, fogging sebenarnya bukan jawaban untuk mencegah penularan demam berdarah. Fogging seharusnya menjadi upaya terakhir pencegahan penularan setelah masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk," katanya.
Fita mengingatkan, pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa sedangkan jentik yang berkembang biak di genangan-genangan air tetap akan bisa berkembang menjadi nyamuk dewasa dan bisa menularkan virus dengue.
"Bahkan, dari hasil penelitian diketahui bahwa nyamuk sudah kebal terhadap satu jenis merek obat yang selama ini digunakan untuk fogging," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta agar masyarakat tetap melapor ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta apabila melakukan fogging agar pihaknya bisa mengetahui jenis obat yang digunakan.
Selain demam berdarah, nyamuk juga berpotensi menyebarkan berbagai penyakit lainnya seperti zika dan chikungunya.
"Yang paling penting adalah menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk. Ada gerakan mengubur barang bekas, menutup tempat penampungan air dan menguras tempat penampungan air secara rutin," katanya.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016