• Beranda
  • Berita
  • Survey Norton: generasi 90an kurang hati-hati saat beraktivitas online

Survey Norton: generasi 90an kurang hati-hati saat beraktivitas online

8 Maret 2016 17:47 WIB
Survey Norton: generasi 90an kurang hati-hati saat beraktivitas online
Direktur Asia Consumer Business Norton by Symantec Choon Hoon Chee (ANTARA News/Monalisa)
Jakarta (ANTARA News) - Hasil survey Norton by Symantec menemukan bahwa generasi millennial atau lebih dikenal dengan generasi 90an kurang berhati-hati saat beraktivitas online.

"Lahir di era digital, generasi millennial justru harus sering berhati-hati dengan 47 persen orang yang mengaku telah berbagi password dan melakukan aktivitas online lainnya yang berisiko," kata Direktur Asia Consumer Business Norton by Symantec Choon Hoon Chee, di Jakarta, Selasa.

Menurut Hoon Chee, generasi baby boomers sebagai kelompok yang sering dianggap kurang melek teknologi justru menunjukkan kebiasaan aktivitas online yang lebih aman dibandingkan dengan generasi millennial.

Norton by Symantec merilis temuannya yang tertuang dalam Norton Cybersecuity Insight Report yang mengungkapkan kenyataan dari kejahatan online dan efek personalnya terhadap konsumen.

Metode survey secara online menyasar audiens dari Indonesia sebanyak 1.000 orang dengan usia 18 tahun keatas.

Dari laporan tersebut terungkap bahwa di Indonesia, 55 persen konsumen percaya jika informasi kartu kredit mereka lebih mungkin dicuri setelah belanja online daripada dari dompet mereka. Sekitar enam dari sepuluh (59 persen) orang Indonesia percaya menggunakan Wi-Fi publik lebih berisiko daripada menggunakan toilet umum.

Selain itu, 42 persen pengguna internet telah mengalami sendiri kejahatan cyber dalam satu tahun terakhir.

"Penjahat cyber tidak menyerah. Mereka menggunakan teknik yang semakin canggih untuk mencuri informasi pribadi konsumen seperti password, informasi kontak, dan otentifikasi perbankan untuk mengisi pundi-pundi mereka," ujar Hoon Chee.

"Sementara konsumen di Indonesia beradaptasi dengan dunia digital yang cepat berkembang, kami mendorong mereka untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi informasi mereka secara online dan tidak pernah merasa puas dengan keamanan," lanjutnya.

Berdasarkan laporan tersebut, konsumen Indonesia kehilangan sekitar 33 jam waktunya selama satu tahun terakhir untuk berurusan dengan dampak dari kejahatan online dan uang senilai 7,6 juta rupiah per korban-- dengan akumulasi sebesar Rp194.603,7 miliar.

Kerugian terbesar dari hal itu, Hoon Chee, ketika kejahatan cyber menyebabkan kerugian dari segi emosional kepada lima dari sepuluh orang (52 persen) korban konsumen kejahatan cyber di Indonesia yang merasa marah setelah menjadi korban.

Pewarta: Monalisa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016