• Beranda
  • Berita
  • Unair Temukan Antimalaria Dari Sambiloto dan Cempedak

Unair Temukan Antimalaria Dari Sambiloto dan Cempedak

5 Maret 2007 20:15 WIB
Surabaya (ANTARA News) - Tim Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga Surabaya menemukan formula baru antimalaria dari Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees) dan Cempedak (Artocarpus Champeden). "Kami sudah memformulasikan sambiloto dalam bentuk tablet tapi belum uji klinis (ujicoba pada manusia), sedang cempedak masih belum diformulasikan," ujar koordinator tim riset antimalaria, Dra Aty Widyawaruyanti MSi Apt di Surabaya, Senin. Menurut dosen Bagian Ilmu Bahan Alam FF Unair Surabaya itu, tim riset FF Unair yang beranggotakan 5-6 orang telah meneliti sambiloto sejak tahun 2000 dan meneliti cempedak sejak tahun 2003. "Penelitian itu merupakan kerjasama riset antara tim riset FF Unair dengan TDC (Tropical Disease Centre) Unair dan Lembaga Molekuler Eijkman Jakarta," tegasnya, didampingi dua peneliti tumbuhan obat lainnya dari FF Unair Surabaya. Hasil penelitian terhadap mencit (tikus putih) sebagai hewan coba, katanya, sambiloto memiliki kadar antimalaria hingga 80 persen, sedangkan cempedak (batang kulit) justru memiliki kadar antimalaria hingga 90-100 persen. "Sambiloto sebenarnya sudah pernah diteliti untuk obat antikanker, antivirus, dan obat bagi penderita hepatitis. Bahkan untuk penyakit hepatitis sudah memasuki uji klinis dengan hasil sambiloto memperbaiki kerja hepar (hati)," paparnya. Namun, katanya, sambiloto belum pernah diteliti untuk antimalaria. "Kalau kalangan industri farmasi sudah merespon temuan kami, maka sambiloto dan cempedak akan menjadi obat malaria alternatif dari kina dan obat-obatan lainnya," ucapnya. Apalagi, katanya, obat-obatan antimalaria yang ada sudah mulai resisten terhadap malaria. "Jadi, sambiloto dan cempedak akan dapat menjadi obat alternatif, karena senyawa flavonid yang dikandung keduanya mampu menghambat pertumbuhan parasit," kilahnya. Ia menambahkan, pihaknya akan mempromosikan hasil temuannya itu dalam simposium tumbuhan obat internasional di Surabaya pada 9-11 April 2007 yang direncanakan dihadiri 40 pakar tumbuhan obat dari lima benua.(*)


Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007