"Penurunan debit air yang cukup besar terjadi di kawasan Wainitu, Kudamati dan Air Salobar. Hal ini berdampak pada terjadinya krisis air bersih," katanya di Ambon, Jumat.
Menurut dia, telah terjadi penurunan debit air sekitar 60 persen dari sumber air untuk melayani masyarakat, seperti di sumber Wainitu yang sebagian besar disalurkan ke kota serta dan Kusu-Kusu untuk kawasan Mangga Dua.
Sumber air lainnya dari sumur tersebar di seluruh kawasan Passo, Kecamatan Baguala dan Kecamatan Sirimau.
"Kami telah melakukan pertemuan dengan Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy dan menyampaikan penurunan debit air di sejumlah sumber. Wali Kota Ambon menyarankan agar memberikan perhatian khusus terhadap sumur dalam di kawasan Wainitu," ujar Apong.
Pihak PDAM kemudian membuat pengeboran di kawasan Wainitu guna mendapatkan sumber mata air baru. Dari pengeboran sumur baru sedalam 50 meter diperoleh sumber air dengan debit 20 liter kubik dengan kubikasi rata-rata dua kubik/hari.
"Sumber air baru tersebut cukup untuk membantu melayani pemasokan air bersih di kawasan Wainitu dan sekitarnya," kata Apong.
Sementara di kawasan Mangga Dua sampai saat ini belum dilakukan pengeboran sumur baru karena daerahnya yang berbukit.
Khusus kawasan Benteng Atas, Kecamatan Nusaniwe, lanjutnya, saat ini pihaknya sudah mengebor sumber air baru.
"Pelanggan PDAM di Kota Ambon kurang lebih 70 ribu jiwa. Kami berupaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih walaupun terjadi penurunan debit air," tandasnya.
Apong mengemukakan, sumber air yang di kelola PT DSA di Air Besar, Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau tidak bisa diharapkan karena kawasan tersebut telah mengalami krisis air bersih sejak awal Januari 2016 dengan debit air tersisa 2.500 kubik/hari.
"Dulu debit air 150 kubik/jam dan suplai ke masyarakat 65.500 kubik/hari. Namun, saat ini hanya 2.500 kubik/hari. PT DSA melayani delapan ribu pelanggan dengan sumber air dari kawasan Kahena, Air Panas lama dan baru," ujarnya.
Pewarta: Penina Mayaut
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016