Di dalam museum terdapat sebuah kedai yang menjajakan berbagai makanan serta minuman olahan teh hijau.
Yang menjadi favorit pengunjung, terutama kawula muda adalah es krim teh hijau.
Pamor teh hijau memang sedang naik daun saat ini, termasuk di Indonesia. Tak ayal wisatawan asal Indonesia, Safa Kartika, yang berkunjung ke museum tersebut tidak mau melewatkan kesempatan mencicipi teh khas Korea, meski harus mengocek kantong lebih dalam.
Satu cangkir kecil atau "cup" teh hijau dihargai 4.500 won atau sekitar Rp50.000.
"Banyak yang bilang kalau museum teh ini salah satu wisata favorit di Jeju, karena saya juga favorit green tea, akhirnya saya ke sini," ujar dia.
Bukan hanya es krim, pengunjung juga bisa menikmati olehan teh lainnya, seperti Green Tea Latte, Green Tea Caramel Latte, Royal Milk Tea dan lainnya.
Untuk teman minum teh, pengunjung juga bisa memesan bolu gulung rasa teh hijau yang di tengahnya diisi krim.
Perpaduan rasa teh hijau yang agak pahit menyatu dengan krim yang manis menciptakan sensasi yang berbeda di lidah.
Karena Jeju juga terkenal dengan jeruk, seperti jeruk Tangerine dan jeruk Hallaban, kedai teh tersebut juga menjual aneka minuman dan penganan berperasa jeruk.
Harga yang dibanderol memang lebih tinggi dari harga pasaran di Indonesia, dari 4.500 won hingga 12.000 won atau setara dengan Rp50.000 sampai Rp130.000 per porsinya.
Wajar saja, karena teh Osulloc diolah dengan cara tradisional langsung dari kebun teh yang mengelilingi kedai itu.
Menurut Rio, salah satu turis Indonesia, kalau dibandingkan dengan harga di Indonesia memang mahal tapi setara dengan rasa yang disajikan.
"Kerasa banget tehnya, biasanya kan lebih kerasa susunya, tapi ini benar-benar es krim green tea," kata dia.
Mengabadikan Momentum
Tidak melulu menikmati cita rasa teh, pengunjung juga bisa berfoto di hamparan ladang teh hijau yang sangat tertata rapi.
Karena kerapiannya, jika dilihat dari jauh, ladang tersebut menyerupai karpet hijau yang dikelilingi pohon meranggas di musim dingin.
Tentunya pemandangan seindah itu tidak akan dilewati muda-mudi untuk ber-selfie atau swafoto.
Di seberang kebun teh terdapat barisan pohon, hiasan tanaman berbentuk cangkir dan patung artistik yang juga menjadi incaran pengunjung untuk berfoto.
Di sudut lainnya, terdapat kursi-kursi cantik untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan yang tidak bisa ditemui di bagian Korea Selatan lainnya itu, meskipun saat ini kedai tersebut sudah membuka cabang di pusat kota, seperti Myeongdong, Apgujeong, Insadong dan Daehangno.
Mempelajari Sejarah
Pengunjung juga bisa mempelajari sejarah teh Korea di dalam museum tersebut.
Museum Teh Osulloc pertama kali dibuka untuk umum pada September 2001 dengan tujuan lebih mengenalkan masyarakat akan teh hijau tradisional.
Osulloc atau osulloc bermakna menghargai dan menikmati yang juga kepanjangan dari "origin of sulloc", "only sulloc" dan "of sulloc".
Di dalam museum terdapat "Tea Cup Gallery" yang menceritakan bahwa cangkir teh (cup) Korea merupakan karya seni yang bernilai tinggi karena membawa visi kesenian negara dan sebagai keahlian turun-temurun.
Pengunjung bisa melihat macam-macam peralatan minum teh dari zaman prasejarah sampai Era Samguk atau periode tiga raja (The Three Kingdoms Period), Goryeo dan Dinasti Joseon.
Museum itu juga memamerkan karya seni cangkir teh dari seniman Cheon Han Bong dari Museum Keramik Mungyeongyo and Kim Jeong Ok of dari Yeongnamyo.
Jenis-jenis teh juga bisa dipelajari yang dikategorikan berdasarkan waktu teh dipetik, jenis tanaman, waktu tumbuh, dan lainnya.
Namun, metode yang paling ilmiah untuk menentukan jenis teh, yaitu periode fermentasi.
Pengunjung bisa menyaksikan sendiri 60 tipe teh yang beragam di ruang pameran atau "exhibiton hall", bukan hanya dari Korea, melainkan pula dari Tiongkok dan Jepang.
Oleh Juwita Trisna Rahayu
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016