• Beranda
  • Berita
  • Metamorfosis pembom Brussels, dari gangster jadi teroris

Metamorfosis pembom Brussels, dari gangster jadi teroris

26 Maret 2016 22:21 WIB
Metamorfosis pembom Brussels, dari gangster jadi teroris
Gambar CCTV Bandara Brussels memperlihatkan tiga pria tersangka pelaku bom bunuh diri di Bandara Brussels. (REUTERS/CCTV/Handout via Reuters)
Brussels (ANTARA News) - Evolusi Bakraoui bersaudara dari penjahat biasa menjadi pelaku bom bunuh diri cocok dengan pola waktu yang dihabiskan mereka di penjara karena tudingan kepemilikan senjata, yang diikuti dengan pembebasan bersyarat dan kegagalan pihak berwenang dalam mendeteksi mereka menjadi orbit ISIS.

Brahim El Bakraoui meledakkan diri Selasa pagi silam di anjungan keberangkatan di Bandara Brussels. Sekitar satu jam kemudian, saudaranya, Khalid, meledakkan bom bunuh diri di kereta api bawah tanah metro di Brussels.

Tidak satu pun dari keduanya dianggap ancaman radikal oleh pihak berwenang Belgia sampai Desember tahun lalu, kendati Turki telah mengusir Brahim pada Juli 2015 karena diyakini berusaha bergabung dengan para petempur asing di Suriah.

Ada anggapan bahwa dua bersaudara ini teradikalisasi di penjara.

Namun apa pun fakta menyangkut radikalisasi mereka, kasus mereka menyiratkan kegagalan pihak berwenang Belgia dalam terus mengikuti profil bahaya kaum islamis yang terus berubah.

Pieter Van Ostaeyen, spesialis jihadisme yang menjalin kontak dengan orang-orang Belgia yang berperang di Suriah, mengatakan pihak berwajib Belgia gagal menjejak para militan seperti Bakraoui bersaudara karena mereka mencermati daftar tersangka teroris yang salah dan tidak mengganggap mereka sebagai target kontraterorisme.

Bakraoui bersaudara, kata dia, hanya dianggap gangster biasa sehingga ditempatkan pada daftar kriminal biasa yang melakukan kejahatan bermotivasi uang belaka, ketika pihak berwajib memburu para calon radikal islamis dengan fokus mereka yang memiliki keyakinan keagamaan yang fanatik.

"Ternyata itu salah. Kini mereka menggabungkan daftar-daftar itu," kata Van Ostaeyen.

Seorang pejabat pemerintah Belgia memastikan penggabungan daftar informasi kriminal dari berbagai lintas kepolisian itu, sedangkan spesialisasi adalah bagian kunci dari perubahan-perubahan terkini dari praktik tersebut.

Pengakuan yang terlambat dari para pejabat keamanan, termasuk kepala badan kepolisian Uni Eropa, mengenai tautan rumit antara militan ISIS dengan geng-geng kriminal itu merentang dari mafia-mafia Balkan yang memasok senjata sampai para penyalur narkoba.

Keterampilan jejaring kriminal dan kontak-kontak dunia hitam ini dicocokkan dengan cara kerja sel-sel kaum islamis.

Sudah dikenal polisi

Bakraoui bersaudara sendiri sudah sangat dikenal polisi dan pengadilan.

Brahim (29) pernah divonis penjara 10 tahun karena berupaya melakukan pembunuhan pada September 2010 dengan menembakkan Kalashnikov ke arah polisi sehingga melukai seorang polisi setelah perampokan yang gagal di sebuah tempat penukaran uang di Brussels Januari tahun itu.

Dia kemudian dibebaskan bersyarat empat tahun kemudian, hilang akhir Mei untuk kemudian diborgol polisi Turki di perbatasan Suriah Juni 2015 karena melanggar ketentuan pembebasan bersyaratnya dengan tidak memberi tahu petugas pembebasan bersyaratnya di Belgia.

Diusir ke Amsterdam -yang adalah pilihan perjalanannya- sebulan kemudian, Belgia justru tidak menahan dia padahal Ankara sudah memperingatkannya. Kenyataan ini membuka aib di Belgia sehingga dua menteri mundur.

Kehadiran dia di Turki, tepatnya di perbatasan Suriah-Turki, seharusnya sudah cukup untuk memenjarakan dia saat kembali ke Belgia, kata Menteri Kehakiman Koen Geens.

"Itu adalah satu-satunya momen tautan yang bisa tercipta dan kami kehilangan itu," kata dia mengenai kegagalan menyadari seorang penjahat biasa telah menjadi radikalis agama.

Bahkan perlu waktu lama untuk menempatkan orang itu dalam daftar buruan hingga Agustus tahun lalu. Mungkinkah dia bisa dicegat jika sebelum itu Belgia menerbitkan surat perintah penangkapan internasional?

Direktur Europol Rob Wainwright menyatakan lembaganya telah memerintahkan semua pihak berwajib di berbagai negara untuk berbagi informasi pada tingkat tinggi, namun mereka bersikap setengah-setengah.

"Urgensi ancaman teroris yang dilukiskan oleh berbagai serangan sejak 2014 telah menuntut adanya kemajuan dalam situasi itu," kata dia kepada Reuters, seraya mengatakan ada peningkatan yang signifikan dalam berbagi informasi.

Pejabat pemerintah Belgia itu mengaku yakin Brussels dan Paris telah menjadi contoh kerja sama Eropa sejak serangan 13 November di ibu kota Prancis. "Namun saat ini," aku dia, "semua pihak cenderung menyembunyikan kartu trufnya."

Sewa apartemen untuk peneror Paris

Khalid (27) dijatuhi vonis lima tahun penjara pada Februari 2011 karena pencurian kendaraan bermotor disertai kekerasan dengan menggunakan senapan Kalashnikov.

Khalid dibebaskan dengan jaminan pada Desember 2013 dan bekerja malam hari, lalu memenuhi kondisi bebas dengan jaminannya sampai April 2015 ketika polisi menghentikan dia bersama mobilnya yang mengambil jalur yang salah di sebuah jalan satu arah.

Di samping dia adalah salah seorang anggota geng pencuri kendaraan bermotor, yakni orang yang dia larang datang ke pertemuan. Mei tahun lalu pengadilan mengirimi dia sebuah surat peringatan namun dia malah tidak kembali ke penjara.

Pada akhir Oktober tahun lalu dia menghilang.

"Dia tidak menjawab perintah pengadilan, tidak menjawab panggilan telepon, dan tidak ada lagi di alamat rumahnya," kata jaksa penuntut Christian Henry seraya menambahkan bulan lalu pengadilan sudah memerintahkan dia untuk kembali ke penjara, kendati saat itu dia sudah tidak bisa lagi ditemukan.

Khalid menjadi target surat perintah penangkapan internasional pada 11 Desember 2015 dengan tuduhan terorisme.

Dia didapati menyewa kamar apartemen dengan memakai nama palsu di sebuah flat yang digunakan sebagai rumah perlindungan bagi jaringan Belgia dari para penyerang Paris.

Pihak berwajib Belgia kemudian dikritik karena terlalu cepat membebaskan dia.

Menurutu ketentuan, pengadilan Belgia memang bisa memberikan pembebasan bersyarat kepada narapidana setelah narapidana menjalani sepertiga masa hukumannya. Itu hampir setengah dari yang diterapkan Inggris dan dua per tiga yang diterapkan Jerman.

Menteri Kehakiman Geens berkata kepada parlemen bahwa Khalid dibebaskan 11 bulan sebelum masa tahanannya selesai, sedangkan Brahim terlihat mau bekerjasama secara penuh dengan polisi, sampai pertengahan 2015.

Membela diri dari tuduhan gagal menjejak dua orang itu, Geens berkata, "Masa lalu El Bakraoui bersaudara tidak senegatif dari yang digambarkan pekan ini."

sumber: Reuters


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016